Indonesia meningkatkan kapasitas pengurutan virus di tengah transisi endemik

Indonesia meningkatkan kapasitas pengurutan virus di tengah transisi endemik

JAKARTA (ANTARA) — Kementerian Kesehatan meningkatkan kapasitas pengurutan virus dengan menambah jumlah alat dan laboratorium untuk mendeteksi varian COVID-19 pada masa transisi fase endemik COVID-19.

“Kalau ada yang bertanya, kenapa pandemi di Indonesia relatif terkendali? Yang pertama (karena) strategi mengidentifikasi musuh (virus) dan yang kedua adalah strategi mempertahankan populasi kita,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Selasa.

Hal itu disampaikannya saat rapat kerja dengan Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Menurut Sadikin, kemampuan sequencing untuk mengidentifikasi virus kini mencapai 2.700 sampel per minggu dari 800 sampel per minggu di awal pandemi.

Ia mencatat hingga Desember 2020, baru tersedia 24 alat sekuensing di 16 lab, antara lain 14 lab di Pulau Jawa, 1 lab di Sumatera, dan 1 lab di Maluku-Papua.

Pada tahun 2022, jumlah alat sequencing meningkat menjadi 56 unit yang tersebar di 41 jaringan laboratorium yang mencakup seluruh wilayah Indonesia.

Dengan kapasitas tersebut, Indonesia turut membantu melaporkan hasil pengujian sampel virus melalui platform GISAID yang dapat diakses secara global dengan rata-rata mencapai 2.700 sampel pengujian sequencing per minggu.

“Kapasitas yang ada saat ini bisa melipatgandakan tes genome sequencing di Indonesia,” katanya.

Ia menjelaskan genome sequencing merupakan strategi untuk mengidentifikasi virus, bakteri atau jamur yang berpotensi menyebabkan pandemi.

“Dengan adanya laboratorium pengurutan genom ini, Indonesia sudah memiliki fasilitas deteksi seperti radar di seluruh pulau di Indonesia,” ujarnya.

Sementara itu, strategi perlindungan masyarakat dilakukan dengan mengukur kadar antibodi di masyarakat secara rutin setiap enam bulan sekali, katanya.

“Mudah-mudahan hasil seroscan antibodi ketiga akan dipublikasikan pada awal Februari 2023,” imbuhnya.

READ  Inggris dan Indonesia menandatangani perjanjian kemitraan pertama untuk proyek kereta api

Ia menjelaskan, pada seroassay pertama dan kedua, pertahanan antibodi orang Indonesia terhadap COVID-19 sangat kuat, naik dari 87 persen menjadi 98 persen, dengan titer antibodi naik dari 400 unit/mL menjadi 2.000 unit/mL.

Mengingat banyaknya antibodi yang dimiliki masyarakat, terbukti jika varian baru menyerang banyak negara, tidak akan terjadi lonjakan kasus di Indonesia, ujarnya.

Berita Terkait: Indonesia mendekati tahap endemik COVID-19
Berita Terkait: Vaksinasi COVID-19 harus tetap berjalan meski PPKM dicabut: Menteri
Berita Terkait: Prioritaskan kekebalan untuk transisi ke fase endemik: LK2PK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *