Menurut laporan awal dari kecelakaan Sriwijaya Air Boeing 737-500 pada 9 Januari, kerusakan sistem kontrol mesin disorot, tetapi penyelidik mengatakan masih terlalu dini untuk menentukan penyebab pastinya.
Stephen Wright, profesor sistem pesawat di Tampere University, Finlandia, mengatakan Reservasi Malaysia Fakta bahwa pesawat mengalami masalah pemeliharaan dan upaya berulang untuk memperbaiki sistem segera sebelum kecelakaan adalah tanda bahaya dan mungkin menjadi faktor kunci dalam kecelakaan tersebut.
Boeing 737-500 berusia 26 tahun, yang sebelumnya diterbangkan oleh Continental Airlines dan United Airlines yang berbasis di AS, jatuh beberapa menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta, ibu kota Indonesia. Pesawat itu jatuh sekitar 3000 meter ke laut dan semua 62 orang di dalamnya tewas dalam kecelakaan itu, termasuk enam anggota awak aktif.
Penyelidik mengatakan pilot Indonesia telah melaporkan beberapa masalah dengan sistem throttling jet yang sudah tua sebelum kecelakaan itu, dan kru pada penerbangan sebelumnya telah melaporkan bahwa sistem itu “tidak dapat digunakan”. Boeing yang sudah tua diperbaiki beberapa kali sebelum kecelakaan fatal itu, kata laporan itu.
Penyelam memulihkan perekam penerbangan pesawat tetapi masih mencari perekam suara kokpit (CVR), yang melacak percakapan awak pesawat. Ini diperlukan untuk menentukan apakah faktor manusia terlibat.
Komunikator. Pencandu web lepas. Perintis zombie yang tak tersembuhkan. Pencipta pemenang penghargaan
You may also like
-
Taman kanak-kanak di Indonesia yang terkena gempa dibuka kembali dengan bantuan dari Taiwan
-
Tingkat pengangguran di Indonesia menunjukkan kegagalan UU Cipta Kerja, kata KSPI
-
Saat Indonesia berjuang untuk mendorong melalui hukum pidana baru yang ketat, Senator Markey memimpin rekan-rekannya dalam mendesak Presiden Widodo untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia dan melindungi kebebasan fundamental.
-
Video menunjukkan pengungsi Afghanistan memprotes, bukan “pekerja China” di Indonesia
-
Indonesia Masih Mengingkari Kebebasan Beragama Kepada Minoritas Agama – Akademisi