Pendeta Soritua Albert Ernts Nababan, seorang pendeta Protestan yang diakui baik di Indonesia maupun di seluruh dunia untuk karya ekumenisnya, meninggal dunia pada usia 87 tahun.
Dia meninggal karena masalah pernapasan pada 8 Mei di rumah sakit Jakarta.
Persekutuan Gereja di Indonesia, Pendeta Gomar Gultom, memberikan penghormatan kepada pendeta tersebut dan mengatakan bahwa kematiannya merupakan kerugian besar bagi gerakan ekumenis di dalam dan luar negeri dan khususnya akan dirasakan di antara orang-orang Kristen Indonesia.
“Di tingkat internasional, dia memainkan peran penting dalam memperjuangkan keadilan dan berusaha menciptakan perdamaian,” katanya.
Dia mengatakan dia berusaha keras untuk memberantas ketimpangan antara negara kaya dan miskin dari tahun 1960-an dan seterusnya.
“Dia sangat aktif dalam mendesak Dewan Gereja Dunia untuk menggalang bantuan dari gereja-gereja di utara kaya untuk didistribusikan kepada mereka yang miskin di selatan,” katanya.
Dia adalah orang yang bisa memeluk siapa pun dan yang sangat berkomitmen untuk mempromosikan dialog antaragama
Pastor Antonius Benny Susetyo, anggota unit kepresidenan yang mempromosikan toleransi masyarakat di Indonesia, mengatakan Pendeta Nababan adalah seorang pemimpin dalam mempromosikan persatuan Kristen Indonesia dan menegakkan hak-hak mereka.
“Dia adalah orang yang bisa memeluk semua orang dan sangat berkomitmen untuk mempromosikan dialog antaragama. Saya telah berbicara dengannya berkali-kali tentang masalah yang dihadapi gereja-gereja di Indonesia, katanya kepada UCA News.
Ini termasuk masalah seperti penolakan aplikasi pembangunan untuk gereja oleh beberapa otoritas lokal, seringkali karena tentangan dari garis keras Muslim, atau pencabutan izin tersebut karena alasan yang sama.
Ia mencontohkan kasus lama Gereja Kristen Indonesia (GKI Yasmin) di Bogor, Provinsi Jawa Barat, yang dilarang menggunakan gereja karena dugaan penyimpangan terkait pengajuan bangunan tahun 2006.
“Meskipun ia adalah tokoh yang berpangkat tinggi, ia tidak pernah ragu untuk belajar dari mereka yang lebih muda darinya,” kata Pastor Susetyo.
Pendeta Nababan lahir pada tanggal 24 Mei 1933 di Tarutung, Sumatera Utara, dan menjadi sekretaris jenderal Persekutuan Gereja di Indonesia (1967-84) dan kemudian ketuanya (1984-87) dan kepala Gereja Protestan Batak (1987- 98).
Di depan internasional, dia adalah sekretaris dan ketua sayap pemuda Konferensi Kristen Asia.
Pendeta Nababan juga merupakan wakil ketua Komite Pusat Dewan Gereja Dunia, wakil ketua Federasi Lutheran Dunia dan ketua United Evangelical Mission, sebuah organisasi misi internasional yang berbasis di Jerman.
Mendiang pastor akan dimakamkan pada tanggal 10 Mei di kampung halamannya di Tarutung.
Komunikator. Pencandu web lepas. Perintis zombie yang tak tersembuhkan. Pencipta pemenang penghargaan
You may also like
-
Taman kanak-kanak di Indonesia yang terkena gempa dibuka kembali dengan bantuan dari Taiwan
-
Tingkat pengangguran di Indonesia menunjukkan kegagalan UU Cipta Kerja, kata KSPI
-
Saat Indonesia berjuang untuk mendorong melalui hukum pidana baru yang ketat, Senator Markey memimpin rekan-rekannya dalam mendesak Presiden Widodo untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia dan melindungi kebebasan fundamental.
-
Video menunjukkan pengungsi Afghanistan memprotes, bukan “pekerja China” di Indonesia
-
Indonesia Masih Mengingkari Kebebasan Beragama Kepada Minoritas Agama – Akademisi