Penembakan untuk diselidiki – Post Courier

Penembakan untuk diselidiki – Post Courier

Oleh MIRIAM ZARRIGA dan GORETHY KENNETH

INDONESIA telah meluncurkan protes diplomatik ke PNG setelah dugaan penembakan seorang kapten kapal nelayan Indonesia di dalam perbatasan PNG-Indonesia minggu lalu.

Dubes RI Adriana Suprandy tadi malam.

Perdana Menteri PNG James Marape kemarin mengkonfirmasi bahwa penyelidikan atas penembakan itu akan dilakukan.

“PNG akan melakukan penyelidikan penuh atas masalah ini dan juga akan memperbarui negara dan pemerintah Indonesia tentang apa yang terjadi,” kata Marape.

Kapal penangkap ikan itu diduga ditembaki oleh kapal patroli kelas Penjaga Angkatan Pertahanan PNG di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) PNG.

Kapal penangkap ikan itu melarikan diri kembali ke Merauke dengan mayat kaptennya sementara dua lainnya ditangkap dan digiring ke Port Moresby.

Pemerintah Australia telah membantah terlibat dalam insiden tersebut dan dalam patroli perikanan bersama baru-baru ini dengan PNG.

Kapal yang tertembak diidentifikasi sebagai KMN Calvin 02, dengan kapten kapal juga diidentifikasi oleh otoritas Indonesia.

Dua kapal lainnya diduga ditahan oleh PNGDF, yakni kapal KMN Arsila 77 dengan tujuh awak dan KMN Baraka Paris dengan enam awak.

Dubes RI untuk PNG, Andriana Supandy, sudah melakukan komunikasi dengan berbagai pejabat pemerintah di PNG.

KBRI Port Moresby juga telah menyampaikan nota diplomatik resmi untuk menyampaikan berbagai keprihatinan Indonesia.

Kapal-kapal tersebut tiba di Port Moresby pada siang hari kemarin dan akan diproses di pangkalan Basilisk PNGDF.

Ada 13 nelayan Indonesia di atas dua kapal ini yang juga telah ditangkap.

Duta Besar Supandy mengatakan kepada Post-Courier dalam sebuah wawancara bahwa mereka telah diberitahu bahwa kapal penegak hukum telah tiba.

READ  Indonesia berusaha menahan pukulan puteri di SEA Games

Namun pemerintah Indonesia masih menuntut pernyataan dan laporan resmi tentang hal itu, yang belum diterima sejak meminta penyelidikan.

Duta Besar Supandy mengatakan untuk alasan inilah pemerintah Indonesia telah memanggil pejabat PNG dan sebuah kantor di Jakarta untuk penyelidikan segera atas penembakan mematikan ini.

“Mengingat hubungan bilateral yang kuat dan sangat baik antara Indonesia dan Papua Nugini, Pemerintah Republik Indonesia siap secara proaktif bekerja sama dengan Pemerintah Negara Merdeka Papua Nugini dalam proses hukum,” kata Supandy.

Kamis lalu, Kementerian Luar Negeri Indonesia memanggil kuasa usaha ad interim PNG di Jakarta untuk mengajukan permintaan penyelidikan penuh atas insiden penembakan oleh pasukan keamanan PNG yang menewaskan seorang nelayan Indonesia.

“Kementerian Luar Negeri meminta penjelasan kepada pemerintah Papua Nugini terkait insiden penembakan itu dan mendesak dilakukan penyelidikan menyeluruh dan hukuman berat jika ditemukan pelanggaran prosedur, termasuk kemungkinan penggunaan kekuatan yang berlebihan,” kata Judha dari Kementerian Luar Negeri. Nugraha, direktur luar negeri untuk perlindungan warga negara Indonesia.

Insiden penembakan terakhir terjadi pada tahun 2006, ketika Wakil Perdana Menteri Don Polye saat itu mengatakan akan ada penyelidikan atas insiden tersebut.

Pada tahun 2006, seorang nelayan Indonesia ditembak mati dan tiga lainnya terluka dalam insiden tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *