Pemulihan COVID-19 Indonesia naik 374

Pemulihan COVID-19 Indonesia naik 374

JAKARTA (ANTARA) — Sedikitnya 374 pasien COVID-19 di Indonesia telah sembuh hingga Sabtu, menurut Gugus Tugas Penanganan COVID-19.

Pemulihan yang tercatat pada hari Sabtu menjadikan jumlah total pasien yang pulih menjadi 5.898.758 sejak pandemi dimulai pada Maret 2020, menurut gugus tugas.

Provinsi dengan kesembuhan terbanyak adalah Jakarta dengan 172 kesembuhan; Banten, 77 sembuh; Nusa Tenggara Barat, 38 sembuh; dan Jawa Timur dengan 36 pemulihan, data gugus tugas menunjukkan.

Indonesia mencatat 574 kasus baru COVID-19 hingga Sabtu, menurut data gugus tugas. Provinsi dengan kasus terkonfirmasi terbanyak adalah DKI Jakarta (314), Jawa Barat (92), Banten (71) dan Jawa Timur (41).

Dengan penambahan kasus tersebut, total jumlah kasus COVID-19 di Indonesia mencapai 6.059.931 kasus.

Berita Terkait: Kemenkes temukan empat kasus BA.4, BA.5 COVID-19 di Bali

Sementara itu, pada Sabtu tercatat 3 orang meninggal dunia, yakni 1 orang Jawa Timur, 1 orang Jawa Barat, dan 1 orang Sulawesi Selatan, sehingga total korban tewas menjadi 156.641 orang.

Gugus tugas melaporkan jumlah kasus aktif COVID-19 di Indonesia pada Sabtu mencapai 4.538, naik 197 dari hari sebelumnya.

Gugus tugas juga melaporkan bahwa hingga 5.288 orang diduga tertular COVID-19 berdasarkan tes yang dilakukan pada 56.150 spesimen.

Tingkat kepositifan sampel harian tercatat sebesar 1,77 persen, sedangkan tingkat kepositifan orang harian ditetapkan pada 1,31 persen.

Sebelumnya pada Jumat, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengumumkan bahwa sejauh ini empat pasien telah terinfeksi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia.

Empat pasien tersebut termasuk satu orang Indonesia yang terinfeksi subvarian BA.4 dan tiga orang asing yang terinfeksi subvarian BA.5. Ketiga WNA tersebut merupakan delegasi acara Global Platform Disaster Risk Reduction (GPDRR) di Bali.

READ  Gunung Sinabung di Indonesia meletus dan melontarkan kolom abu 4.500 m ke langit | Berita Dunia

Menurut Syahril, tiga pasien tidak menunjukkan gejala, sedangkan satu pasien asing melaporkan gejala ringan.

Meskipun subvarian dapat mengirimkan lebih cepat, sejauh ini tidak ada bukti bahwa mereka memiliki tingkat keparahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan subvarian Omicron sebelumnya, tegasnya.

Berita terkait: Akan menilai kembali pelonggaran mandat masker saat kasus COVID meningkat: Kementerian
Berita terkait: Kondisi masih aman meski terjadi lonjakan kasus COVID-19: Sekda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *