Pemain sepak bola Jepang mengenang pemberontakan mematikan di Indonesia setelah mencetak gol

Pemain sepak bola Jepang mengenang pemberontakan mematikan di Indonesia setelah mencetak gol

Sho Yamamoto dari Persebaya Surabaya memfilmkan para penggemar yang marah di sekitar kendaraan bersenjata yang membawa timnya keluar dari stadion setelah kerusuhan maut pecah setelah pertandingan sepak bola 1 Oktober di Malang, Indonesia. (Disediakan oleh Sho Yamamoto)

SURABAYA, Indonesia — Pemain sepak bola Jepang Sho Yamamoto merayakan dengan gembira saat ia mencetak gol penentunya yang kemenangan pertama timnya melawan rival Arema FC di stadion kandang mereka dalam lebih dari 20 tahun.

Namun kemenangan Persebaya Surabaya pada 1 Oktober lalu memicu kehebohan di kalangan suporter yang memadati lapangan Stadion Kanjuruhan Malang dan dibawa kabur oleh polisi.

Sekitar 131 orang tewas dalam huru-hara dan berebut setelah polisi menembakkan gas air mata ke massa.

Yamamoto, 25, mengatakan kepada The Asahi Shimbun bahwa dia memiliki perasaan campur aduk setelah mencetak gol kemenangan dan menyaksikan pembantaian yang tidak masuk akal.

Dia dan rekan satu timnya terjebak di dalam kendaraan bersenjata di dalam stadion selama hampir dua jam sambil menyaksikan kekacauan di luar.

“Dalam banyak hal, itu menjadi tujuan yang tidak akan pernah saya lupakan,” kata Yamamoto.

“TIDAK AKAN PERNAH KALAH DARI MEREKA”

Setelah lulus SMA, Yamamoto pergi ke Eropa dan bermain untuk beberapa klub di sana.

Sejak Juni ia telah menjadi anggota Persebaya Surabaya yang berbasis di Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia.

Pada 1 Oktober, timnya berangkat ke Malang untuk bermain di Liga 1 melawan Arema FC.

Manajer dan pelatih Persebaya Surabaya berulang kali mengatakan kepada para pemainnya: “Kami tidak akan pernah kalah dari mereka.”

Yamamoto membuka pertandingan di lapangan.

Stadion itu dipadati 42.000 penonton, semuanya merupakan pendukung lawan. Mereka mencemooh dengan keras saat presentasi line-up tim tamu.

Babak pertama berakhir imbang 2:2. Di babak kedua, Yamamoto mengambil umpan dari kanan dan mencetak gol kemenangan dengan kaki kirinya.

Pertandingan berakhir sekitar pukul 10 malam, namun para pemain Persebaya Surabaya tidak sempat merayakan kemenangan 3-2 mereka.

Mereka bergegas ke ruang ganti seperti yang diperintahkan oleh polisi sebelum pertandingan.

Ketika mereka sampai di sana, mereka mendengar polisi berteriak, “Usir segera!”

Mereka menaiki empat kendaraan bersenjata bahkan tanpa mandi.

Pada pukul 22:10, kendaraan yang membawa sekitar 40 orang, termasuk pemain dan staf tim, keluar dari stadion, dipimpin oleh dua mobil polisi.

Namun mereka berhenti setelah menempuh jarak hanya 20 meter.

Mereka dikerumuni oleh suporter lawan. Ribuan orang menonton pertandingan di acara tontonan publik di depan stadion.

Fans Arema yang marah membakar mobil polisi pertama dan menggulingkannya. Mereka juga membakar truk yang sedang mengikuti konvoi yang membawa sekitar 20 petugas tersebut.

Konvoi kehilangan mobil terdepan dan terdampar di stadion selama sekitar dua jam.

Para suporter melempari kendaraan dengan batu dan mencaci maki pemain Persebaya Surabaya.

Mengintip ke luar jendela, Yamamoto menemukan polisi dan penggemar bertabrakan di tengah awan gas air mata putih yang berputar-putar. Dia juga melihat yang terluka dibawa pergi.

Setelah tengah malam, konvoi akhirnya berangkat. Petugas polisi mendorong para penggemar pergi dengan perisai untuk membersihkan jalan bagi kendaraan.

“Apa pun bisa terjadi jika polisi tidak menangani situasi ini secara menyeluruh,” kata Yamamoto.

Yamamoto senang telah membuat sejarah di lapangan tetapi malu golnya memicu kegemparan.

“Jujur, sulit untuk bahagia dalam situasi seperti ini,” katanya.

(Rizki Akbar Hasan berkontribusi pada cerita ini.)

READ  Indonesia tetap berkomitmen untuk mendukung pengungsi Palestina: menteri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *