Indonesia: Pemantauan Dampak Bahaya Hidrometeorologi (Juli – September (Q3) 2022) – Indonesia

Indonesia: Pemantauan Dampak Bahaya Hidrometeorologi (Juli – September (Q3) 2022) – Indonesia

Lampiran

pesan kunci

Situasi iklim – Q3 2022: Dari Juli hingga September 2022, curah hujan di seluruh Indonesia berada di atas rata-rata jangka panjang 30 tahun. Ini adalah akibat dari awal musim hujan yang dikombinasikan dengan fenomena La Niña yang sedang berlangsung. Sebagian besar wilayah di Jawa, Sulawesi, Kalimantan,
Maluku, Papua, dan Sumatera bagian selatan mencatat curah hujan di atas normal, sedangkan Sumatera bagian utara, Kalimantan, dan Papua mencatat curah hujan di bawah normal, sehingga kondisinya lebih kering dibandingkan dengan rata-rata jangka panjang.

Dampak bencana iklim dan bencana hidrometeorologi terhadap pertanian: Kementerian Pertanian melaporkan bahwa banjir dan kekeringan menjadi penyebab utama terganggunya panen padi pada Agustus 2022. Baik banjir maupun kekeringan mempengaruhi total 1.500 hektar penanaman padi. Sekitar 80% dari gangguan beras disebabkan oleh banjir; 20% dari gangguan banjir mengakibatkan gagal panen.

Ketahanan Pangan dan Status Gizi: Badan Pangan Nasional telah melaporkan bahwa sebagian besar provinsi aman pangan per Agustus 2022. Tiga puluh satu provinsi ditemukan dalam keadaan stabil, sementara tiga provinsi dipantau untuk kemungkinan penurunan ketahanan pangan dan gizi. Ini termasuk Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat dan Sulawesi Barat.

Dampak Bencana – Q3 2022: Badan Nasional Penanggulangan Bencana melaporkan bahwa setidaknya 634 bencana terjadi antara Juli dan September 2022, meningkat 35% dibandingkan periode yang sama di tahun 2021. Sebagian besar bencana disebabkan oleh bahaya hidro-meteorologi seperti banjir dan kekeringan, tanah longsor, kondisi cuaca ekstrim (misalnya badai dan siklon). Empat puluh persen dari semua bencana terjadi di Jawa Barat,
Aceh dan Jawa Timur.

Produksi Beras – Januari hingga September 2022: Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa produksi beras mencapai 26,1 juta ton antara Januari hingga September. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, luas panen dan produksi padi hanya mengalami penurunan tipis masing-masing sebesar 0,86% dan 0,22%. Secara keseluruhan, BPS memperkirakan produksi beras nasional mencapai 32 juta ton hingga akhir tahun, naik 2,3% dari tahun 2021.

Prakiraan Iklim untuk Pertanian: Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkirakan bahwa 5,4 juta hektar penanaman padi akan menerima lebih banyak curah hujan antara Oktober dan Desember 2022 daripada rata-rata jangka panjang 30 tahun. Lebih dari 80% areal persawahan di Jawa diperkirakan akan mengalami curah hujan di atas normal. Hal ini menimbulkan risiko banjir dan serangan hama, yang dapat menyebabkan gagal panen.

Prakiraan Iklim – Nov 2022 hingga Jan 2023: Fenomena La Niña masih berlangsung dan diperkirakan akan terus berlanjut, meskipun dengan dampak yang lebih lemah pada akhir tahun. Fenomena La Niña saat ini telah berlangsung selama tiga tahun berturut-turut sejak tahun 2020 (triple-dip La Niña). Tren terkini menunjukkan bahwa anomali ENSO sekarang terjadi setiap 2-3 tahun. Sebelum tahun 1980, peristiwa ini hanya terjadi setiap 5 tahun sekali. Peningkatan curah hujan diperkirakan terjadi di Jawa Tengah, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua. Curah hujan diperkirakan akan normal di Sumatera dan Kalimantan, sementara curah hujan diperkirakan di bawah rata-rata untuk Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *