Bagaimana Indonesia siap untuk membangun ibu kota baru tetapi penduduk setempat takut akan keberadaan mereka

Para pejabat mengatakan ibu kota negara baru Indonesia, yang akan dibangun di pulau Kalimantan jauh dari Jakarta yang sering dilanda banjir dan lalu lintas, akan mengarah pada kesetaraan yang lebih besar.

Tetapi penduduk daerah di mana kota masa depan akan dibangun takut mereka akan meninggalkan tanah pertanian tradisional mereka dan kehilangan mata pencaharian.

“Kekhawatiran kami adalah bahwa kami kehilangan tanah yang telah kami tanami secara turun-temurun. Mereka tidak pernah berbicara kepada kami,” kata Sibukdin, seorang kepala di Sepaku, sebuah kecamatan di provinsi Kalimantan Timur di jantung ibu kota baru negara itu.

“Sepertinya kita dibunuh secara perlahan. Hutan leluhur kami telah dihancurkan untuk membuka jalan bagi bisnis kayu,” katanya, merujuk pada deforestasi besar-besaran di bawah penguasa lama Suharto.

Sibukdin mengatakan, masyarakat tidak lagi memiliki tanah yang mereka garap karena pemerintah telah memberikan izin kepada para taipan bisnis yang memiliki kepentingan politik di pertambangan, kelapa sawit, dan kayu.

Parlemen Indonesia baru-baru ini mengesahkan undang-undang tentang ibu kota negara yang baru, yang membuka jalan bagi pembangunan tahap pertama di atas lahan hutan seluas 6.000 hektar.

Sebanyak 256.000 hektar telah dialokasikan untuk kota baru, yang akan disebut Nusantara, nama lama untuk kepulauan Indonesia.

Pada 2019, Presiden Joko Widodo mengumumkan rencana untuk membangun ibu kota baru di hutan Kalimantan, di tengah-tengah antara kota Balikpapan dan Samarinda.

Dia mengatakan bahwa Jakarta tidak lagi layak sebagai pusat administrasi negara karena sering banjir, kemacetan lalu lintas yang konstan dan kualitas udara yang buruk.

Biaya pindah ke ibu kota diperkirakan lebih dari US$32 miliar (RM133,8 miliar).

READ  Indonesia dan Korea Selatan dalam pembicaraan tentang LRT Bali, MRT Jakarta - Rab, 16 Juni 2021

Jika semuanya berjalan sesuai rencana, pejabat pertama harus pindah ke kantor baru mereka paling cepat 2024 – tahun terakhir masa jabatan kedua dan terakhir Joko.

Bulan ini, seniman terkenal Bali I Nyoman Nuarta meluncurkan desainnya untuk istana kepresidenan baru yang akan dibangun di kota baru dalam sebuah posting Instagram.

Pemerintah mengatakan kota masa depan akan ramah lingkungan dan menampilkan teknologi mutakhir. Hanya mobil listrik yang diizinkan di jalan baru, kata mereka.

“Ibukota baru akan mendorong pemerataan pembangunan,” kata Rawanda Wandy Tuturoong, pakar Kantor Staf Presiden.

“Selama ini pembangunan difokuskan di Pulau Jawa,” termasuk Jakarta, tambahnya. “Pergeseran pusat pertumbuhan ekonomi akan mengatasi masalah ini.”

Jawa adalah rumah bagi sekitar 158 juta orang, atau hampir 60% dari populasi Indonesia, menjadikannya pulau terpadat di dunia.

Jakarta berjuang dengan statusnya sebagai pusat administrasi dan komersial.

Tidak ada kota lain di dunia yang tenggelam lebih cepat dari Jakarta. Menurut para peneliti di Institut Teknologi Bandung, 20% wilayahnya sudah berada di bawah permukaan laut dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 2050.

Salah satu penyebabnya adalah pengambilan air tanah secara massal.

Sekitar 630 juta meter kubik air dipompa keluar dari tanah setiap tahun oleh gedung-gedung tinggi, oleh fasilitas komersial seperti hotel, pusat perbelanjaan dan kompleks apartemen, dan oleh penduduk setempat, menurut pemerintah kota.

Sementara itu, risiko bencana seperti banjir, gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi di ibu kota masa depan sangat minim, kata pemerintah.

Rawanda mengatakan pemerintah telah berkonsultasi dengan masyarakat setempat dan kekhawatiran mereka sedang ditangani. “Kami ingin kota baru ini bermanfaat bagi masyarakat setempat sehingga mereka bisa menjadi tuan atas rumah mereka sendiri,” katanya.

READ  Pemimpin baru Australia menuju ke Indonesia

“Makanya kami akan bangun pusat pendidikan dan pelatihan agar mereka bisa, misalnya, manajer dan eksekutif perusahaan besar yang berinvestasi di sini,” katanya.

Namun, para aktivis mengkritik kurangnya konsultasi publik.

“Seharusnya pemerintah menggelar referendum tentang rencana itu,” kata Pradarma Rupang, aktivis kelompok lingkungan Jaringan Aksi Pertambangan (Jatam) di Kalimantan Timur.

“Mereka mendorong proyek itu ke depan seolah-olah bangsa kita akan hancur jika kita tidak memindahkan ibu kota,” katanya.

Dia memperingatkan bahwa proyek tersebut akan membahayakan lingkungan, tidak hanya di lokasi ibu kota baru tetapi juga di tempat lain.

“Mereka akan menggunakan bahan dari Palu di Pulau Sulawesi dan awalnya listrik akan menggunakan bahan bakar fosil, khususnya batu bara,” kata Rupang.

“Ini akan mengarah pada pembukaan tambang-tambang besar,” katanya.

Hendry Satrio, pengamat politik Universitas Paramadina Jakarta, mengatakan ambisi pribadi mendorong Joko untuk pindah ke ibu kota.

“Jokowi ingin membuat sejarah sebagai presiden yang memindahkan ibu kota,” katanya, menggunakan panggilan populer presiden. “Dia berharap itu akan menjadi warisan abadinya.”

“Banyak kota di Indonesia yang perlu dikembangkan, dan di masa krisis ekonomi saat ini akibat pandemi Covid-19, pembangunan kota baru harus menjadi prioritas terakhir kita,” ujarnya. – dpa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *