KUALA LUMPUR: Seorang perempuan mengimbau keluarga almarhum suaminya untuk menjadi sponsor visanya agar tidak lepas dari putranya.
Natal Mery, 45, dari Indonesia, menikah dengan Taur Kim Keong selama 10 tahun terakhir hingga kematiannya pada 2019 karena sakit.
Dia mengatakan bahwa dia membesarkan putranya yang berusia 12 tahun hingga 31 Maret tahun ini tanpa masalah.
Namun, visanya telah kedaluwarsa dan dia harus mengandalkan fakta bahwa mendiang saudara laki-laki suaminya adalah sponsornya saat ini.
Direktur layanan publik dan pengaduan MCA, Datuk Seri Michael Chong, mengatakan bahwa sampai ada perubahan hati yang singkat, semuanya akan baik-baik saja.
“Pria itu telah berjanji padanya bahwa dia akan menjadi sponsornya ketika saya berbicara dengannya pada bulan Oktober. Namun kini tawarannya telah ditarik.
“Putra Natal adalah orang Malaysia dan dia ingin bersama ibunya. Kakak iparnya adalah satu-satunya di keluarga yang memenuhi syarat menjadi sponsor, ”ujarnya dalam jumpa pers di Wisma MCA, Selasa (22/12).
Chong meminta otoritas imigrasi untuk memberikan perpanjangan visa yang lebih lama untuk kasus seperti Natal.
“Anda bisa memberikan visa untuk orang-orang dari negara-negara yang dilanda perang, tetapi orang-orang seperti Anda hanya bisa mendapatkan satu tahun per perpanjangan,” tambahnya.
Natal mengatakan bahwa meskipun hubungannya dengan keluarga almarhum suaminya hangat, dia diberitahu bahwa mereka tidak ingin menjadi sponsor mereka dan bahwa mereka “harus menjaga mereka”.
Komunikator. Pencandu web lepas. Perintis zombie yang tak tersembuhkan. Pencipta pemenang penghargaan
You may also like
-
Taman kanak-kanak di Indonesia yang terkena gempa dibuka kembali dengan bantuan dari Taiwan
-
Tingkat pengangguran di Indonesia menunjukkan kegagalan UU Cipta Kerja, kata KSPI
-
Saat Indonesia berjuang untuk mendorong melalui hukum pidana baru yang ketat, Senator Markey memimpin rekan-rekannya dalam mendesak Presiden Widodo untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia dan melindungi kebebasan fundamental.
-
Video menunjukkan pengungsi Afghanistan memprotes, bukan “pekerja China” di Indonesia
-
Indonesia Masih Mengingkari Kebebasan Beragama Kepada Minoritas Agama – Akademisi