Umat ​​Katolik Indonesia mencari gelar “pahlawan” untuk para pemimpin awam

Umat ​​Katolik Indonesia mencari gelar “pahlawan” untuk para pemimpin awam

Franciscus Xaverius Seda, seorang tokoh awam Katolik terkemuka, memberikan kontribusi besar bagi negara

Fransiskus Xaverius Seda dikenal sebagai politikus, menteri, diplomat, penasehat Presiden, pengusaha, aktivis gereja dan pendiri Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Atma Jaya. (Foto: Yayasan Frans Seda)

Diterbitkan: 02 Desember 2022 11:48 GMT

Diperbarui: 02 Desember 2022 12:43 GMT

Katolik satu Indonesia memperjuangkan gelar pahlawan bagi Fransiskus Xaverius Seda, seorang tokoh awam Katolik yang telah berjasa besar bagi negara melalui pengabdiannya sebagai menteri di beberapa kabinet, mendirikan sebuah universitas Katolik ternama dan merupakan salah satu tokoh kunci dalam pembangunan. pers lokal.

Upaya itu diprakarsai oleh sebuah panitia yang beranggotakan pakar agama Katolik dan sejumlah perguruan tinggi Katolik.

Seda, yang berasal dari pulau Flores yang mayoritas beragama Katolik dan meninggal pada tahun 2009 pada usia 84 tahun, adalah seorang politisi terkenal, menteri, diplomat, penasihat Presiden, pengusaha, aktivis gereja, anggota dewan universitas dan pendiri bisnis. fakultas universitas katolik atma jaya jakarta.

Toko ucan
Toko ucan

Pada tanggal 1 Desember, panitia mengadakan seminar di Universitas Katolik Atma Jaya secara khusus ditujukan kepada para menterinya, setelah seminar serupa diadakan di tiga situs Katolik di provinsi Nusa Tenggara Timur, termasuk Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero yang dikelola oleh Sabda Ilahi.

Phillip Gobang, ketua panitia, mengatakan ini sebagai persiapan untuk mengajukan proposal resmi kepada pemerintah, yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.

Ia mengatakan, usulan pemberian gelar pahlawan kepada Seda sudah diinisiasi oleh pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur pada 2012, namun dokumen pengajuannya belum lengkap.

“Sejak tahun lalu, dibentuk tim kecil untuk menindaklanjuti hal ini, yang kemudian memutuskan menelusuri kembali karya Seda sekaligus menulis teks biografi akademik yang akan diajukan kembali ke Presiden,” ujarnya.

READ  Impresif! Belanja online di Tokopedia di Shopee Plus pajak 10%

Sesuai UU 2009, pengusul harus menunjukkan bahwa yang bersangkutan berintegritas moral dan keteladanan, telah berjasa bagi bangsa dan negara, meraih, menggenggam, mempertahankan dan menghasilkan gagasan atau pemikiran yang besar yang mendukung dan memajukan pembangunan kebaikan umum. publik.

Yustinus Prastowo, Staf Khusus Menteri Keuangan, mengatakan Seda memiliki peran sentral dalam sejarah perekonomian Indonesia.

Dia mengutip bagaimana dia menangani hiperinflasi dan defisit anggaran negara sebagai menteri keuangan.

“Seda berpikir saat itu pemerintah harus berhenti mencetak uang dan melakukan investasi untuk mengendalikan inflasi,” katanya.

Seda juga kerap menekankan bahwa koperasi dan negara harus menjadi pilar perekonomian.

“Ruang diberikan kepada sektor swasta lainnya untuk mengisi ruang ekonomi yang belum dimanfaatkan,” katanya.

Sementara itu, Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia, menggarisbawahi sumbangsih Seda, meski dari minoritas Katolik, ia mampu melangkah lebih jauh dengan berperan besar dalam pembangunan Indonesia.

Vincent Priest Francis Xavier Eko Armada Riyanto, kepala Sekolah Tinggi Filsafat Widya Sasana Malang, menyebutnya sebagai sosok yang menghayati ajaran sosial Gereja dalam berbagai tindakannya.

“Dia pantas menyandang gelar pahlawan,” katanya.

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate yang beragama Katolik mengatakan, dengan melihat rekam jejak Seda, ia berharap pemerintah akan memberinya status pahlawan.

“Jasanya sudah digunakan banyak orang saat ini, termasuk Universitas Atma Jaya dan Kompas. Itu beberapa warisannya,” katanya.

Plate mendorong panitia pencalonan untuk segera menyiapkan dokumen terkait untuk memenuhi persyaratan pencalonan dan berharap gelar pahlawan bisa diberikan tahun depan.

Seda adalah Menteri Perkebunan (1963-64), Menteri Keuangan (1966-68) dan Menteri Perhubungan (1968-73). Ia juga pendiri dan rektor pertama Universitas Katolik Atma Jaya dan salah satu pendiri kompaskoran terbesar di Indonesia.

READ  Facebook telah sepenuhnya merombak cara Anda menggunakannya dengan desain ulang yang tidak terduga

Selama era reformasi setelah Presiden Suharto lengser, ia menjabat sebagai penasihat ekonomi tiga presiden – BJ Habibie, Abdurrahman Wahid dan Megawati Sukarnoputri.

Pada tahun 2012, Yayasan Frans Seda didirikan untuk memperingati kehidupan dan ajaran senama, menyebarkan dan menerapkan filosofi Seda untuk mengejar kebaikan bersama global dan keadilan sosial.

Berita terbaru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *