Organisasi Muslim terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU), mengklaim keanggotaan 40 hingga 45 juta orang dan telah lama memegang posisi yang sangat menonjol dalam masyarakat dan politik Indonesia. Salah satu pemimpinnya yang paling terkenal (dan presiden keempat Indonesia), Abdurrahman Wahid, tetap menjadi simbol pluralisme, dikenang karena perannya dalam perjuangan reformasi demokrasi di bawah Orde Baru. Hari ini, anggota NU memegang posisi menteri dan administrasi kunci dalam pemerintahan Presiden Joko “Jokowi” Widodo.
Bagaimana peran NU saat demokrasi Indonesia menunjukkan tanda-tanda kemunduran? Bagaimana ia terus mempertahankan posisinya sebagai organisasi Muslim “moderat” dan mengadvokasi pluralisme? Bagaimana pemimpin barunya, Yahya Cholil Staquf, akan memandu fokus organisasi menjelang pemilu 2024?
Dalam Talking Indonesia minggu ini, Dr. Jemma Purdey pertanyaan-pertanyaan ini dan banyak lagi dengan dr Alexander R. ArifiantoResearch Associate Indonesia Program di S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University.
Pada tahun 2022, Talking Indonesia Podcast akan dipandu oleh dr Jemma Purdey dari Universitas Monash, dr Dave McRae dari Universitas Melbourne, dr Jacqui Baker dari Murdoch University dan Tito Ambyo dari RMIT.
Nantikan podcast Talking Indonesia baru setiap dua minggu. Lihat episode sebelumnya di sini, berlangganan melalui Podcast Apple atau dengarkan melalui aplikasi podcasting favorit Anda.
Komunikator. Pencandu web lepas. Perintis zombie yang tak tersembuhkan. Pencipta pemenang penghargaan
You may also like
-
Taman kanak-kanak di Indonesia yang terkena gempa dibuka kembali dengan bantuan dari Taiwan
-
Tingkat pengangguran di Indonesia menunjukkan kegagalan UU Cipta Kerja, kata KSPI
-
Saat Indonesia berjuang untuk mendorong melalui hukum pidana baru yang ketat, Senator Markey memimpin rekan-rekannya dalam mendesak Presiden Widodo untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia dan melindungi kebebasan fundamental.
-
Video menunjukkan pengungsi Afghanistan memprotes, bukan “pekerja China” di Indonesia
-
Indonesia Masih Mengingkari Kebebasan Beragama Kepada Minoritas Agama – Akademisi