Juancho Yerusalem
Singapura ●
Jum, 15 Juli 2022
Lebih dari dua tahun yang lalu, dunia terbangun dengan kenyataan yang akan segera mengubah masa depan pekerjaan. Penguncian yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dipicu oleh pandemi memaksa bisnis untuk pergi jauh hampir dalam semalam.
Di Indonesia, seperti negara berkembang lainnya, banyak perusahaan bersiap untuk memulai perjalanan transformasi digital mereka tetapi tidak siap untuk melakukan perubahan begitu cepat. Namun, perusahaan harus menanggapi situasi dan, dalam banyak kasus, beralih ke pekerjaan jarak jauh untuk menjaga bisnis mereka tetap bertahan.
Pekerjaan jarak jauh pada awalnya meresahkan bagi banyak karyawan, tetapi menyebabkan pemikiran ulang. Sikap untuk bekerja, bagaimana kita bekerja dan dari mana kita bekerja telah berubah. Karyawan sekarang mencari lebih banyak nilai dari pekerjaan mereka. Kepercayaan populer tampaknya menggambarkan bahwa pekerjaan hibrida atau pekerjaan jarak jauh telah berkontribusi pada kesejahteraan secara keseluruhan dan peningkatan produktivitas karyawan.
Sebuah laporan baru-baru ini, Cisco Global Hybrid Work Study 2022, menemukan bahwa di Indonesia saja, 83,5 persen pekerja lebih suka bekerja dalam mode hybrid. Tampaknya setelah dua tahun berpindah dari mode jarak jauh ke mode hybrid, organisasi telah menyadari bahwa mungkin mode hybrid adalah jalan ke depan.
Pemerintah Indonesia juga baru-baru ini mengumumkan kebijakan work-from-anywhere (WFA) untuk mendorong tenaga kerja hybrid. Tetapi apakah organisasi di Indonesia sepenuhnya siap untuk pekerjaan hybrid?
Menurut laporan terbaru oleh Asian Development Bank (ADB), ekonomi Indonesia diperkirakan akan tumbuh sebesar 5,0 persen pada tahun 2022 dan 5,2 persen pada tahun 2023 karena permintaan domestik terus pulih.
Namun, untuk mencapai tujuan ini, negara harus menggunakan digitalisasi untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja hibridanya. Untuk mempertahankan akses ke tenaga kerja yang paham teknologi, mereka perlu berinvestasi dalam infrastruktur digital, menetapkan kebijakan yang jelas, dan memulai reformasi peraturan seputar pekerjaan hibrida.
Bakat adalah inti dari rencana jangka panjang organisasi mana pun, dan bagaimana mereka mengelola bakat mereka pada akhirnya akan menentukan keberhasilan organisasi mereka.
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan kualitas talenta dan sumber daya manusianya sesuai dengan strategi prioritas yang dituangkan dalam roadmap Making Indonesia 4.0. Bisnis harus bersiap untuk memberikan semua dukungan yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan di mana tenaga kerja hibrida dapat berkembang. Mereka harus menyediakan alat dan teknologi yang diperlukan untuk meningkatkan dan melatih kembali tenaga kerja mereka yang ada dan membantu mereka tetap mengikuti perkembangan teknologi terbaru.
Dengan persentase besar tenaga kerja Indonesia yang memilih mode hybrid dan lintasan pertumbuhan ekonomi, membangun infrastruktur digital yang kuat adalah satu-satunya jalan ke depan.
Bisnis perlu mengadopsi teknologi yang intuitif dan mobile. Di Sumber Daya Manusia, platform sistem manajemen orang ujung ke ujung yang membantu mengelola seluruh siklus hidup karyawan, serta teknologi yang berpusat pada orang yang memungkinkan keterlibatan bakat, retensi, dan daya tarik, sangat penting.
Indonesia memiliki tingkat kejahatan dunia maya yang tinggi dengan lebih dari 490 juta kasus pada tahun 2020; peningkatan 41 persen dari tahun ke tahun, menurut Badan Siber dan Kripto Nasional (BSSN). Hal ini mengharuskan perusahaan untuk menerapkan platform HRMS yang aman untuk memastikan keamanan data yang memungkinkan karyawan bekerja dari mana saja. Perusahaan yang bekerja di cloud khususnya dapat mengambil langkah-langkah kecil untuk memerangi kejahatan dunia maya.
• Pastikan karyawan Anda dididik tentang pentingnya keamanan dunia maya dan kelola perilaku mereka dengan memberikan pelatihan online yang sesuai.
• Pasang Virtual Private Network (VPN) pada laptop kerja untuk pekerja jarak jauh sehingga mereka memiliki akses ke tingkat privasi dan keamanan yang sama dengan yang ditawarkan di tempat kerja.
• Pastikan staf untuk rapat jarak jauh memiliki otentikasi multi-faktor untuk mengonfirmasi identitas peserta.
Salah satu tantangan yang sering dihadapi karyawan adalah kejelasan tentang kebijakan kerja hybrid. Organisasi perlu mengomunikasikan dengan jelas norma atau proses seputar pekerjaan hibrida dan fokus untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi karyawan saat mereka datang ke kantor.
Akhirnya, kebijakan juga harus diterapkan yang memungkinkan manajer untuk menangani tenaga kerja hibrida tanpa prasangka.
Selain terbuka, komunikatif, fleksibel, dan gesit, organisasi harus memprioritaskan penerapan teknologi mutakhir, peningkatan keterampilan dan keterampilan ulang tenaga kerja mereka, dan perhatian pada kesejahteraan karyawan mereka secara keseluruhan untuk memastikan tenaga kerja yang siap di masa depan. – mengubah lanskap Ketenagakerjaan di Indonesia.
***
Penulis adalah Wakil Presiden dan Kepala ekspansi Asia, Pasifik dan Jepang di Darwinbox.
Komunikator. Pencandu web lepas. Perintis zombie yang tak tersembuhkan. Pencipta pemenang penghargaan
You may also like
-
Taman kanak-kanak di Indonesia yang terkena gempa dibuka kembali dengan bantuan dari Taiwan
-
Tingkat pengangguran di Indonesia menunjukkan kegagalan UU Cipta Kerja, kata KSPI
-
Saat Indonesia berjuang untuk mendorong melalui hukum pidana baru yang ketat, Senator Markey memimpin rekan-rekannya dalam mendesak Presiden Widodo untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia dan melindungi kebebasan fundamental.
-
Video menunjukkan pengungsi Afghanistan memprotes, bukan “pekerja China” di Indonesia
-
Indonesia Masih Mengingkari Kebebasan Beragama Kepada Minoritas Agama – Akademisi