ANGGUR, KOMPAS.com – Ibukota Austria, Wina, diduga menjadi pusat operasi intelijen pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Eropa Ekspres pada Minggu (6/12/20).
Pejabat intelijen Barat melaporkan dalam laporan mereka bahwa pejabat tinggi dan agen mata-mata Korea Utara telah melewati Austria. Mereka ingin melakukan misi pengadaan ilegal dan operasi intelijen.
Menurut laporan dinas rahasia tahunan dari Austria, para pelaku dinas rahasia aktif baik di Austria maupun melawan kepentingan Austria.
Menurut laporan tersebut, operasi ini dilakukan melalui jaringan perusahaan lokal dan menyediakan akses ke Uni Eropa (UE) dan organisasi multinasional.
Baca juga: Seorang warga Korea Utara akan dieksekusi di depan umum karena melanggar aturan Covid-19
PBB juga mengatakan dalam laporannya bahwa kedutaan Austria di Korea Utara digunakan untuk kegiatan ilegal yang juga menghasilkan pendapatan ilegal.
Kegiatan tersebut juga kabarnya juga dilakukan oleh kedutaan Korea Utara di negara lain.
Wina juga diduga menjadi pusat penyelundupan obat-obatan terlarang dan operasi senjata di Pyongyang.
Pisahkan analisis dengan Bloomberg mengklaim rezim Korea Utara menggunakan Wina sebagai pintu gerbang ke Eropa untuk mata-mata yang menyamar.
Menurut pejabat intelijen dari Eropa dan Amerika Serikat, Korea Utara telah mengerahkan sepuluh pasukan keamanan negara di wilayah Uni Eropa.
“Agen mata-mata berpangkat tinggi secara teratur bekerja di luar Wina,” jelas mereka.
Baca juga: Para pembelot Korea Utara bisa kabur tanpa ketahuan, kata Korea Selatan
Komunikator. Pencandu web lepas. Perintis zombie yang tak tersembuhkan. Pencipta pemenang penghargaan
You may also like
-
Taman kanak-kanak di Indonesia yang terkena gempa dibuka kembali dengan bantuan dari Taiwan
-
Tingkat pengangguran di Indonesia menunjukkan kegagalan UU Cipta Kerja, kata KSPI
-
Saat Indonesia berjuang untuk mendorong melalui hukum pidana baru yang ketat, Senator Markey memimpin rekan-rekannya dalam mendesak Presiden Widodo untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia dan melindungi kebebasan fundamental.
-
Video menunjukkan pengungsi Afghanistan memprotes, bukan “pekerja China” di Indonesia
-
Indonesia Masih Mengingkari Kebebasan Beragama Kepada Minoritas Agama – Akademisi