JAKARTA — Projo, kelompok sukarelawan beranggotakan tujuh juta orang yang bersekutu dengan Presiden Indonesia Joko Widodo, telah meredam spekulasi bahwa mereka akan menjadi partai politik tetapi mengatakan akan mendukung seorang kandidat yang akan meneruskan warisan presiden, ketika masa jabatannya berakhir pada tahun ini. 2024.
Dalam wawancara dengan The Straits Times, pemimpin Projo Budi Arie Setiadi mengatakan bahwa meskipun kelompok tersebut memiliki sumber daya yang cukup untuk membentuk sebuah partai, akan lebih baik untuk fokus pada “agenda kebangsaan dan rakyat” jika bisa Sebuah partai politik tidak memiliki khawatir tentang tetap berkuasa.
“Kami sudah sepakat dengan Pak Jokowi untuk tidak mengubah haluan setiap kali presiden baru datang. Kami ingin mengejar keberlanjutan sehingga apa yang dia lakukan sekarang akan dilanjutkan (oleh penggantinya),” kata Bapak Budi yang juga Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Emigrasi, yang akrab dipanggil Bapak Widodo.
Prioritas Presiden yang belum selesai antara lain proyek infrastruktur utama yang terhambat oleh realokasi anggaran ke jaring pengaman sosial selama pandemi Covid-19 dan pembangunan ibu kota baru Indonesia di Kalimantan Timur.
Pada kongres Projo di Magelang, Jawa Tengah, pada 21 Mei, presiden berusia 61 tahun, yang mengepalai dewan penasihat kelompok itu, mengisyaratkan bahwa Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, 53, mungkin mencalonkan diri dalam pemilihan presiden berikutnya pada tahun ini. mendukung 2024.
“Dari segi politik, kita tidak boleh terburu-buru, kalaupun yang bisa kita dukung (tahun 2024) mungkin ada di sini,” ujarnya kepada massa yang hadir dalam acara yang dihadiri Pak Ganjar itu.
Namun, preferensinya berbenturan dengan sikap partai terbesar – Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia (PDI-P) – yang kadernya adalah Bapak Widodo, Bapak Ganjar dan Bapak Budi.
Saat membuka rapat kerja nasional partai pada 21 Juni, pemimpin Megawati Soekarnoputri mengatakan itu adalah hak prerogatifnya untuk mendukung calon presiden.
“Siapa pun yang melakukan manuver akan berada di luar. Jangan sampai ada orang di PDI-P yang menaruh telurnya di dua atau tiga keranjang dan melakukan manuver itu,” katanya.
PDI-P yang berkuasa, yang mengamankan 128 kursi, atau 22 persen kursi parlemen, pada 2019, adalah satu-satunya partai yang dapat mengajukan pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam pemilihan berikutnya tanpa harus bergabung dengan partai lain.
Partai tersebut diyakini akan mendukung putri Megawati, Ketua DPR Puan Maharani, 48, yang kelayakannya tertinggal dari Ganjar dalam jajak pendapat utama.
dr Kunto Adi Wibowo, direktur eksekutif Kelompok Penelitian dan Diskusi Opini Publik Indonesia, mengatakan komentar Megawati mengirimkan sinyal kepada relawan Projo untuk tidak memaksa partai mendukung Ganjar.
“PDI-P masih bisa mencalonkan Pak Ganjar, tapi kecil kemungkinannya dan juga tergantung sejauh mana Bu Puan bisa mendorong simpati masyarakat padanya,” ujarnya kepada ST.
Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran itu mencontohkan skenario lain di mana Ganjar keluar dari PDI-P dan bergabung dengan partai lain membentuk koalisi elektoral dengan partai lain.
“Kalau begitu, Projo bisa mengikuti ke mana pun Pak Ganjar berbaris,” katanya.
Komunikator. Pencandu web lepas. Perintis zombie yang tak tersembuhkan. Pencipta pemenang penghargaan
You may also like
-
Taman kanak-kanak di Indonesia yang terkena gempa dibuka kembali dengan bantuan dari Taiwan
-
Tingkat pengangguran di Indonesia menunjukkan kegagalan UU Cipta Kerja, kata KSPI
-
Saat Indonesia berjuang untuk mendorong melalui hukum pidana baru yang ketat, Senator Markey memimpin rekan-rekannya dalam mendesak Presiden Widodo untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia dan melindungi kebebasan fundamental.
-
Video menunjukkan pengungsi Afghanistan memprotes, bukan “pekerja China” di Indonesia
-
Indonesia Masih Mengingkari Kebebasan Beragama Kepada Minoritas Agama – Akademisi