“SELAMAT DATANG”
Seperti kebanyakan kelenteng Tionghoa lainnya di Indonesia, Pan Kho Bio merupakan tempat peribadatan bagi pemeluk agama Khonghucu, Taoisme, dan Buddha, peninggalan rezim Orde Baru Indonesia yang berdiri sejak tahun 1965 hingga 1998.
Selama periode ini, perayaan Tionghoa dilarang dan masyarakat Tionghoa dipaksa untuk menyatakan diri sebagai Buddhis karena Konfusianisme dan Taoisme tidak diakui oleh pemerintah Indonesia.
Candi tersebut, kata juru kunci Kusuma, harus beradaptasi dengan mengubah nama resminya menjadi Vihara Maha Brahma.
Setelah jatuhnya Orde Baru dan pengakuan resmi pemerintah terhadap Konfusianisme, umat Buddha masih disambut di kuil.
Patung-patung Buddha berdiri berdampingan dengan para dewa dan tokoh Tionghoa di dalam kuil, ditempatkan di altar khusus di salah satu ujung bangunan bercat putih.
Ada juga kuil dan altar yang dibangun di sekitar batu keramat, itulah sebabnya kuil ini juga menarik penduduk lokal non-Cina yang ingin mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang penting bagi orang Sunda.
“Ini adalah tempat di mana semua orang diterima,” kata Kusuma.
Bagi orang Indonesia keturunan Tionghoa di Bogor, kelenteng memiliki tempat khusus di hati mereka.
“Saya telah mengunjungi banyak kuil, tetapi tempat favorit saya untuk datang adalah karena sejarahnya. Ini adalah candi tertua di Bogor. Bagaimana komunitas Tionghoa di Bogor tumbuh dan berkembang. Semuanya dimulai di sini,” kata Fendy Thee, 60 tahun.
Komunikator. Pencandu web lepas. Perintis zombie yang tak tersembuhkan. Pencipta pemenang penghargaan
You may also like
-
Taman kanak-kanak di Indonesia yang terkena gempa dibuka kembali dengan bantuan dari Taiwan
-
Tingkat pengangguran di Indonesia menunjukkan kegagalan UU Cipta Kerja, kata KSPI
-
Saat Indonesia berjuang untuk mendorong melalui hukum pidana baru yang ketat, Senator Markey memimpin rekan-rekannya dalam mendesak Presiden Widodo untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia dan melindungi kebebasan fundamental.
-
Video menunjukkan pengungsi Afghanistan memprotes, bukan “pekerja China” di Indonesia
-
Indonesia Masih Mengingkari Kebebasan Beragama Kepada Minoritas Agama – Akademisi