Sheena Suparman (The Jakarta Post)
Jakarta ●
Kam, 10 Maret 2022
Bintang Indonesia yang sedang naik daun Eko Roni Saputra mengejutkan dunia dengan KO luar biasa 10 detik dari Liu Peng Shuai tahun lalu, dan sekarang dia siap untuk tantangan lain untuk melanjutkan kemenangan beruntunnya.
Juara gulat Indonesia ini bertanding dalam ajang ONE: LIGHTS OUT yang akan disiarkan langsung dari Singapore Indoor Stadium pada hari Jumat, 11 Maret Chan Rothana dalam kompetisi seni bela diri campuran kelas terbang.
Sebuah kemenangan memperpanjang rekor tak terkalahkannya menjadi enam kali berturut-turut dan membuka pintu untuk kelas terbang baginya. Meski demikian, diakuinya, mengalahkan Rothana yang berusia 36 tahun bukanlah hal yang mudah, apalagi sebelumnya telah mengalahkan dua orang Indonesia lainnya.
Juara Kun Khmer yang ditakuti akan pukulannya, Rothana dikenal sebagai kryptonite Indonesia setelah sebelumnya mengalahkan Abro Fernandes dan Rudy Agustian dengan technical knockout di ronde kedua.
“Chan Rothana akan menjadi salah satu lawan terkuat yang pernah saya hadapi. Dia memiliki kekuatan pukulan yang hebat jadi ini akan menjadi ujian bagi saya untuk melihat bagaimana saya akan tampil melawan dia dan menjadi lebih baik. Kalau saya bisa menang itu berarti saya naik pangkat,” kata pemain Indonesia berusia 30 tahun itu.
“Kurasa aku punya satu lawan lagi setelah Rothana [break into the top five], jadi saya harus memenangkan pertarungan ini. Tapi saya tidak ingin terburu-buru atau egois. Saya akan melakukan yang terbaik dan berkonsentrasi karena duel ini akan menentukan lawan saya selanjutnya. Tentu saja saya harus menang, tetapi itu tidak akan semudah itu,” tambahnya.
Pertarungan klasik antara penyerang dan grappler sudah lama ditunggu-tunggu oleh fans Indonesia yang menaruh harapan besar pada Eko untuk membalaskan dendam rekan senegaranya.
Tapi sambil menghormati pukulan pemain Kamboja itu, pegulat yang mendapat penghargaan itu yakin rencana permainan dan persiapannya akan membantunya melanjutkan kemenangan beruntun yang mengesankan.
“Kekuatan pukulannya hebat; Dia banyak menggunakan siku dan tendangan. Tapi aku bersiap untuk itu. Saya pikir dia lemah di lapangan. Saya akan tetap tenang dan memberikan tekanan padanya. Saya tidak ingin melakukan takedown atau mencari KO. Saya akan mencari kesempatan saya dan mengambilnya ketika saya melihatnya,” kata petarung kelahiran Samarinda itu.
“Dalam video yang saya tonton tembakannya bagus tapi kita tidak akan tahu pasti sampai kita saling berhadapan di arena. Kita akan tahu saat kita mengepalkan tinju, saya ingin fokus dan menekannya dan tidak memberinya satu inci pun untuk pukulannya. Dia mungkin bertingkah seperti Stamp [Fairtex] misalnya – dia adalah penyerang, tetapi dia bisa mendorong pertarungan secara mendalam. Kami mempersiapkan segalanya,” tambahnya.
Jam SATU: LAMPU MATI pada 11 Maret pagi Aplikasi super dan berlangganan SATU kejuaraan di YouTube!
Artikel ini diterbitkan dalam kemitraan dengan ONE Championship
Komunikator. Pencandu web lepas. Perintis zombie yang tak tersembuhkan. Pencipta pemenang penghargaan
You may also like
-
Taman kanak-kanak di Indonesia yang terkena gempa dibuka kembali dengan bantuan dari Taiwan
-
Tingkat pengangguran di Indonesia menunjukkan kegagalan UU Cipta Kerja, kata KSPI
-
Saat Indonesia berjuang untuk mendorong melalui hukum pidana baru yang ketat, Senator Markey memimpin rekan-rekannya dalam mendesak Presiden Widodo untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia dan melindungi kebebasan fundamental.
-
Video menunjukkan pengungsi Afghanistan memprotes, bukan “pekerja China” di Indonesia
-
Indonesia Masih Mengingkari Kebebasan Beragama Kepada Minoritas Agama – Akademisi