Anies Rasyid Baswedan, 53, adalah Gubernur Jakarta. Dia bukan anggota partai politik manapun.
Bapak Baswedan mulai terkenal sebagai akademisi pada tahun 2007. Pada usia 38, ia diangkat sebagai rektor Universitas Paramadina yang berorientasi Islam di Jakarta, rektor termuda dalam sejarah Indonesia.
Ia mengenyam pendidikan di Yogyakarta dan Amerika Serikat.
Bapak Baswedan juga mendirikan gerakan pendidikan Indonesia Mengajar, yang merekrut profesional muda selama satu tahun sebagai guru sekolah dasar di pedesaan.
Kakeknya, Abdurrahman Baswedan, adalah keturunan Arab dan dianggap sebagai pahlawan nasional atas usahanya untuk kemerdekaan Indonesia. Dia telah mengumpulkan di sekelilingnya orang Indonesia keturunan Arab untuk memperjuangkan kemerdekaan negara.
Pada tahun 2013, Bapak Baswedan menghadiri konvensi calon presiden dari Partai Demokrat, partai yang berkuasa dari Presiden Yudhoyono saat itu. Tapi dia tidak memenangkan kompetisi.
Tahun berikutnya, Bapak Baswedan menyatakan dukungannya kepada Bapak Widodo dan calon wakil presiden Jusuf Kalla. Dia menjabat sebagai juru bicara kampanyenya.
Ketika Pak Widodo menang, dia mengangkat Pak Baswedan sebagai menteri pendidikannya.
Tetapi penunjukan itu berumur pendek karena presiden memutuskan untuk menggantikannya setelah kurang dari dua tahun menjabat.
Gerindra kemudian mendekati Pak Baswedan sebagai calon potensial pada pemilihan gubernur 2017 di Jakarta dan mencocokkannya dengan Pak Sandiaga Uno.
Duo ini bersaing dengan petahana Basuki Tjahaja Purnama, yang dianggap minoritas di Indonesia dan berlatar belakang non-Muslim dan non-Jawa.
Baswedan kalah dari Purnama di babak pertama tetapi kemudian mendapat dukungan dari garis keras seperti Front Pembela Islam yang sekarang sudah tidak ada lagi.
Dia akhirnya memenangkan Pilkada Jakarta 2017 dan memfokuskan upayanya pada infrastruktur kota, termasuk membangun trotoar pejalan kaki, jalur sepeda, sistem transportasi umum yang terintegrasi, dan stadion sepak bola baru.
Beberapa partai politik telah menggembar-gemborkannya sebagai calon presiden potensial, termasuk Nasdem, partai politik terbesar keempat di negara itu, yang menyimpulkan sebuah konvensi untuk mengidentifikasi calon presiden potensial pekan lalu.
Namun, beberapa pihak khawatir Islam politik bisa muncul kembali dalam kampanye pemilu, seperti yang terjadi pada pemilihan gubernur.
Dua minggu lalu, sekelompok sukarelawan ingin menyatakan dukungan mereka untuk pencalonan presiden Baswedan, tetapi acara itu terhenti ketika penyelenggara melihat bendera yang mirip dengan bendera kelompok ekstremis terlarang Hizbut Tahrir Indonesia di acara tersebut.
GANYAR PRNOVO
Komunikator. Pencandu web lepas. Perintis zombie yang tak tersembuhkan. Pencipta pemenang penghargaan
You may also like
-
Taman kanak-kanak di Indonesia yang terkena gempa dibuka kembali dengan bantuan dari Taiwan
-
Tingkat pengangguran di Indonesia menunjukkan kegagalan UU Cipta Kerja, kata KSPI
-
Saat Indonesia berjuang untuk mendorong melalui hukum pidana baru yang ketat, Senator Markey memimpin rekan-rekannya dalam mendesak Presiden Widodo untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia dan melindungi kebebasan fundamental.
-
Video menunjukkan pengungsi Afghanistan memprotes, bukan “pekerja China” di Indonesia
-
Indonesia Masih Mengingkari Kebebasan Beragama Kepada Minoritas Agama – Akademisi