Raafi Seiff (The Jakarta Post)
BONUS
Jakarta ●
Kam, 14 Juli 2022
Sementara keluarnya Inggris dari Uni Eropa memetakan arah baru dalam pengembaraan politik negara itu, pemecatan para pemimpin politiknya – seringkali secara dramatis, terkadang blak-blakan – telah bertahan sepanjang sejarah sebagai konvensi Inggris.
Perdana Menteri di Inggris perlu mendapatkan kepercayaan tidak hanya dari rakyat tetapi juga dari partai politik yang mereka wakili. Bahkan perdana menteri yang berpakaian besi dapat meleleh di bawah garpu rumput yang berapi-api dari anggota partai yang tidak puas. Misalnya, 102 kursi mayoritas Margaret Thatcher di House of Commons gagal melindunginya dari tantangan kepemimpinan dan pengunduran diri yang berakhir dengan air mata saat ia berkendara dari Downing Street.
Maju cepat 30 tahun hingga saat ini dan kami sekarang memiliki perpindahan seperti Cesar dari Boris Johnson. Terlepas dari 80 kursi mayoritasnya di Parlemen, masa jabatannya yang dilanda skandal menandai berakhirnya masa jabatannya sebagai Perdana Menteri dan kepemimpinannya di Partai Konservatif.
untuk membaca keseluruhan cerita
BERLANGGANAN SEKARANG
Mulai dari Rp 55.500/bulan
- Akses tak terbatas ke konten web dan aplikasi kami
- surat kabar harian digital email
- Tidak ada iklan, tidak ada interupsi
- Akses istimewa ke acara dan program kami
- Mendaftar untuk buletin kami
Berita serupa
Anda Mungkin Juga Menyukai:
Komunikator. Pencandu web lepas. Perintis zombie yang tak tersembuhkan. Pencipta pemenang penghargaan
You may also like
-
Taman kanak-kanak di Indonesia yang terkena gempa dibuka kembali dengan bantuan dari Taiwan
-
Tingkat pengangguran di Indonesia menunjukkan kegagalan UU Cipta Kerja, kata KSPI
-
Saat Indonesia berjuang untuk mendorong melalui hukum pidana baru yang ketat, Senator Markey memimpin rekan-rekannya dalam mendesak Presiden Widodo untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia dan melindungi kebebasan fundamental.
-
Video menunjukkan pengungsi Afghanistan memprotes, bukan “pekerja China” di Indonesia
-
Indonesia Masih Mengingkari Kebebasan Beragama Kepada Minoritas Agama – Akademisi