Mengapa ini diharapkan? Nah, karena Federal Reserve AS juga memperlambat pengetatan moneternya yang agresif di akhir tahun 2022. Akibatnya, nilai tukar rupiah seharusnya tidak terlalu tertekan.
Setelah empat kali kenaikan berturut-turut sebesar 0,75 poin persentase (pada bulan Juni, Juli, September, dan November), Federal Reserve (Fed) AS menaikkan suku bunga “hanya” 0,50 persen pada 14 Desember 2022 karena inflasi AS mulai mereda.
Ini merupakan tahun yang aktif bagi The Fed karena menaikkan suku bunga tujuh kali berturut-turut (ke level tertinggi sejak 2007) dalam upaya agresif untuk mendorong inflasi AS lebih rendah. Bagan di bawah ini menunjukkan bahwa inflasi AS kini secara bertahap menurun dari level tertinggi dalam 40 tahun. Namun, inflasi tetap tinggi menurut standar historis.
[…]Demikian pengantar artikel ini. Untuk membaca teks selengkapnya, Anda dapat memesan laporan Desember 2022 kami atau memesan artikel ini secara terpisah dengan menghubungi kami melalui email [email protected] atau SMS ke +62.882.9875.1125 (termasuk WhatsApp).
‹ Kembali ke berita utama hari ini
Mendiskusikan
Sama-sama Masuk atau Berlangganan untuk mengomentari kolom ini
Komunikator. Pencandu web lepas. Perintis zombie yang tak tersembuhkan. Pencipta pemenang penghargaan
You may also like
-
Taman kanak-kanak di Indonesia yang terkena gempa dibuka kembali dengan bantuan dari Taiwan
-
Tingkat pengangguran di Indonesia menunjukkan kegagalan UU Cipta Kerja, kata KSPI
-
Saat Indonesia berjuang untuk mendorong melalui hukum pidana baru yang ketat, Senator Markey memimpin rekan-rekannya dalam mendesak Presiden Widodo untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia dan melindungi kebebasan fundamental.
-
Video menunjukkan pengungsi Afghanistan memprotes, bukan “pekerja China” di Indonesia
-
Indonesia Masih Mengingkari Kebebasan Beragama Kepada Minoritas Agama – Akademisi