“Air” Ditemukan di Mars, Apakah Potensi Manusia Menjadi Lebih Layak Huni?

Bisnis.com, JAKARTA – Express Mars, pesawat luar angkasa yang menjelajahi Mars, menemukan bukti keberadaan air jauh di bawah Kutub Selatan Planet Merah.

Penemuan tersebut menimbulkan harapan akan potensi kehidupan di Mars.

Badan Antariksa Eropa mengumumkan penemuan tiga cekungan air 1,5 km di bawah wilayah Kutub Selatan. Hasilnya akan dipublikasikan minggu ini di jurnal Nature Astronomy.

Kolam itu ditemukan oleh pesawat luar angkasa Mars Express, yang mungkin telah menemukan reservoir serupa pada 2018.

“Kami mengidentifikasi badan air yang sama, tetapi kami juga menemukan tiga badan air lain di dekat badan air utama. Ini adalah sistem yang kompleks.” Elena Pettinelli dari University of Rome, yang ikut menulis studi tersebut, mengatakan, seperti dikutip Express.

Kolam terbesar yang baru ditemukan berukuran sekitar 20 x 30 km. Cekungan air tersebut dikelilingi oleh beberapa kolam kecil dan dianggap sangat asin. Karena kandungan garamnya yang tinggi, air tetap cair bahkan pada suhu yang sangat rendah.

Sayangnya, ada kemungkinan juga kolam Mars ini terlalu asin untuk kehidupan berkembang.

Penemuan Mars Express 2018 didasarkan pada hasil dari 29 pemindaian radar yang dilakukan antara tahun 2012 dan 2015. Sejak itu, para ilmuwan telah memperluas cakupan penelitian mereka dengan memasukkan 134 pemindaian yang dilakukan antara tahun 2012 dan 2019.

Pemindaian dilakukan dengan Mars Advanced Radar for Subsurface and Ionosphere Sounding Probe (MARSIS). Probe mengirimkan gelombang radio yang memantul dari berbagai lapisan planet. Ilmuwan dapat menggunakan gelombang ini untuk mengidentifikasi berbagai material seperti batuan, es, dan air.

Para ilmuwan menemukan sejumlah lapisan yang sangat reflektif yang mereka yakini sebagai air yang terperangkap di bawah tanah. Namun, interpretasi ini telah dipertanyakan oleh beberapa ilmuwan yang tidak percaya bahwa air asin dapat bertahan jauh di bawah permukaan.

READ  Seorang wanita di Inggris didiagnosis menderita demam berdarah Krimea-Kongo yang mematikan setelah melakukan perjalanan ke Asia

“Jika materialnya berada di bawah permukaan, kemungkinan besar itu semacam lumpur.” Kata Mike Sori, seorang ahli geofisika planet dari Universitas Purdue.

Pernyataan itu dikuatkan oleh Jack Holt, seorang peneliti planet di Universitas Arizona, yang mengatakan bahwa bahkan di bawah lapisan es, tidak ada yang mendukung keberadaan air.

Lebih banyak berita tentang subjek artikel ini dapat ditemukan di sini:

Planet Mars

Konten premium

Masuk Daftar


Bisnis Indonesia bersama tiga media menggalang dana untuk membantu tenaga medis dan warga sekitar yang terkena virus corona yang ditularkan melalui Yayasan Lumbung Pangan Indonesia (Rekening BNI: 200-5202-055).
Ayo, bantu donasi sekarang! Klik disini untuk lebih jelasnya.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *