Jakarta, CNBC Indonesia – Baru-baru ini, restoran cepat saji Burger King menghimbau masyarakat di media sosial untuk membeli produk dari para pesaingnya seperti McDonald’s dari KFC dan lainnya. Langkah ini terbukti menjadi simpati yang besar dari para pengguna internet mengingat kesulitan yang dihadapi bisnis restoran akibat pandemi Covid-19.
“Tidak pernah terlintas dalam pikiran kami untuk bertanya kepada Anda, tetapi restoran mana pun dengan seribu karyawan membutuhkan bantuan Anda sekarang.”
“Jika Anda ingin membantu, manjakan diri Anda dengan makanan lezat dengan pengiriman. bawa pergi, transit. Pilihan terbaik untuk menikmati Whopper (burger), tapi memesan Big Mac juga tidak ada salahnya, “tulis Burger King, yang diunggah Selasa (3/11/2020).
Pengamat pemasaran Yuswohady menanggapi tindakan Burger King. Dia mengatakan apa yang dilakukan Burger King adalah bagian dari konsepnya Pemasaran dari mulut ke mulut alias pemasaran dari mulut ke mulut. Dia mengatakan apa yang berhasil dilakukan Burger King memicu simpati orang dan menjadi viral di media sosial.
“Dengan campaign yang sebelumnya tidak ada SMS Burger King ini, kini menjadi eye catcher. Dampaknya, Burger King meningkatkan reputasinya dan kesadaran“Yuswohady setuju CNBC Indonesia, Rabu (4/11).
Ia mengatakan jenis taktik pemasaran ini tepat bagi perusahaan atau merek agar lebih simpatik daripada strategi sulit untuk dijual. Selama strategi pandemi saat ini sulit untuk dijual Tidak tepat berjualan di pinggir jalan, misalnya yang justru menurunkan reputasi dan belum tentu efektif. Justru yang dilakukan Burger King adalah menggugah simpati.
“Sudut pandangnya arif, sudut pandang itu urusan bisnis karyawan. Kepentingan merek diabaikan. Ini (restoran) yang harus dibeli. Kalau dibeli, pekerja restoran tidak dipecat,” ujarnya.
Yuswohady mengatakan, di AS, strategi semacam ini sudah pernah diterapkan sebelumnya. Strategi menghasilkan simpati, kebalikan dari apa yang biasanya menyerang atau menyinggung pesaing.
Apakah itu juga akan berdampak pada penjualan?
“Efeknya adalah reputasi perusahaan, gambar yang akan membaik jika efek penjualannya tidak dalam jangka pendek. Orang tidak langsung membelinya. Efek dalam penjualan normal tidak akan sebesar itu, “katanya.
Menurutnya, pada masa pandemi saat ini, brand harus mengembangkan kreativitasnya yang unik atau tidak biasa agar menjadi masalah viral, meski efeknya hanya jangka pendek. Meski tidak semua strategi perebutan perhatian bisa berjalan mulus, kali ini harus diakui Burger King mampu mencuri perhatian.
“Setelah apa yang dilakukan Burger King, sengaja disiapkan,” ujarnya.
(Hai hai)
“Ninja twitter bersertifikat. Ahli internet. Penggemar budaya pop hardcore. Baconaholic.”
You may also like
-
Subway setuju untuk menjual kepada pemilik Dunkin’ dan Baskin-Robbins, Roark Capital
-
Qatar Airways dan Airbus mencapai penyelesaian dalam kasus hukum A350 | berita penerbangan
-
Bos NatWest menolak menghadiri sidang parlemen
-
Investor Brunei berencana berinvestasi dalam proyek energi terbarukan di IKN
-
Pembuat ChatGPT OpenAI merilis alat pendeteksi konten buatan AI yang “tidak sepenuhnya andal” | Kecerdasan Buatan (AI)