OJK menyebut pinjaman Fintech P2P dengan rasio kredit bermasalah di atas 8%.

ILUSTRASI. Ilustrasi fintech runtuh. KONTAN / Muradi / 10 April 2018

Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperketat mitigasi risiko di industri pinjaman peer-to-peer. Dalam hal data regulasi, pembayaran pinjaman 90 hari (TWP) atau tingkat gagal bayar pinjaman bermasalah naik menjadi 7,99% pada Juli 2020.

Direktur Perizinan dan Pengawasan Fintech OJK Tris Yulianta mengatakan TWP pada April 2020 mengalami peningkatan signifikan. Hal ini mengindikasikan adanya penurunan kualitas pembayaran yang menyebabkan peningkatan proporsi kredit bermasalah. Semakin tinggi TWP, semakin rendah tingkat keberhasilannya (TKB).

“Kami telah memanggil beberapa platform dengan TWP tinggi di atas 8%. Kami telah memberikan saran tentang bagaimana kami dapat melanjutkan di masa depan. Oleh karena itu kami menyerukan panggilan pengadilan dan meminta platform untuk menyusun rencana aksi untuk perjanjian TWP,” kata Tris dalam konferensi virtual, Rabu (30 September).

Selain itu, regulator selalu mengingatkan operator Fintech P2P lending untuk meningkatkan manajemen mitigasi risikonya. Juga kualitas peringkat kredit dan kualitas persetujuan konsumen atau Saya mengenal Anda sebagai pelanggan (KYC).

Baca juga: OJK bekerja sama dengan penyedia telekomunikasi untuk memerangi penawaran pinjaman online melalui SMS

“Di satu sisi persentasenya naik, tapi outsourcing juga turun, jadi persentasenya naik karena pembaginya lebih sedikit tapi pembaginya relatif tetap atau bertambah,” kata Tris.

Ketua Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Adrian Gunadi menambahkan bahwa asosiasi telah mendesak anggotanya untuk meningkatkan mitigasi risiko. Misalnya dengan dukungan pihak ketiga yang bekerjasama dengan pihak asuransi penjaminan.

“Ini menjadi faktor penting dalam mengantisipasi pengelolaan baru berupa satgas manajemen risiko dan menjadikannya salah satu prioritas agar NPL secara sistematis dapat diturunkan,” tambah Adrian.

Selain itu, Adrian menilai pelaku industri bisa menyasar segmen yang masih bisa bertahan dari pandemi ini. Jadi memperoleh keuangan baru akan lebih baik.

Klub melihat sektor yang masih tumbuh di tengah pandemi Perdagangan elektronik. Kemudian sektor belanja pemerintah, seperti sektor kesehatan dan sembako, bantuan sosial.

“Ini adalah sektor yang memungkinkan Pinjaman fintech untuk bergabung bersama. Pemerintah juga bergerak ke arah digital, ini adalah peluang. Kami melihat sektor-sektor tersebut harus menjadi pilihan yang tepat dan menghindari sektor-sektor yang berisiko, ”kata Adrian.

DONASI, dapatkan voucher gratis!

Dukungan Anda meningkatkan antusiasme kami untuk menyajikan artikel berkualitas tinggi dan bermanfaat.

Sebagai ungkapan terima kasih atas perhatian Anda, ada voucher gratis yang layak untuk dibeli TOKO SELAMAT.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *