MPR menyoroti perbaikan ekonomi pada pemulihan positif

MPR menyoroti perbaikan ekonomi pada pemulihan positif

Tidak ada alasan bagi kita untuk pesimis. Meski IMF dan Bank Dunia memperkirakan ekonomi di 66 negara akan gagal dan kolaps, dunia masih menghadapi “suram” (pandangan pesimis) terhadap ekonomi global. Kita masih harus memilih

JAKARTA (ANTARA) — Bambang Soesatyo, Juru Bicara Majelis Permusyawaratan Rakyat Indonesia (MPR), menegaskan perekonomian nasional telah membaik sejak upaya pemulihan ekonomi pada 2021.

“Tidak ada alasan bagi kami untuk pesimis. Meski IMF dan Bank Dunia memperkirakan ekonomi di 66 negara akan gagal dan kolaps, dan dunia masih menghadapi kondisi ekonomi dunia yang ‘suram’ (pesimistis). Kami masih harus optimistis bisa menyelesaikan 2022 dengan baik,” kata Soesatyo di Jakarta, Sabtu.

Juru bicara MPR mencontohkan, pandangan optimistis terhadap perekonomian berasal dari surplus perdagangan tahun ini yang terjadi pada 2021.

Dia mengatakan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia mencapai surplus US$29,17 miliar pada periode Januari-Juli 2022.

Berita Terkait: Indonesia Pimpin Aksi Selamatkan Bumi di G20 JECMM

Menutup konsultasi nasional pertama Jaringan Pengusaha Nasional (JAPNAS) pada Jumat malam (26 Agustus) di Jakarta, Soesatyo menegaskan optimisme pemulihan ekonomi Indonesia berada di jalur yang benar, dan data dari CEIC dan Verdana Research menunjukkan penerimaan pemerintah meningkat. positif sebesar 51 persen.

Prestasi tersebut merupakan yang tertinggi di dunia, mengalahkan Arab Saudi di posisi kedua dengan 43 persen dan Brasil di posisi ketiga dengan 30 persen.

Menurut perkiraan IMF, PDB negara-negara ASEAN akan mencapai US$5,2 triliun pada tahun 2025.

Berita Terkait: Baswedan Konfirmasi 12 Wali Kota dan Gubernur Hadiri Pertemuan G20-U20

Berdasarkan angka tersebut, kontribusi Indonesia mencapai US$1,63 triliun atau terbesar di antara negara-negara ASEAN lainnya.

READ  Desa wisata permata tersembunyi terbaik di Indonesia yang patut dijelajahi

Ia kembali menegaskan, posisi Indonesia sebagai tuan rumah kepresidenan G20 harus berdampak nyata bagi perekonomian nasional.

Acara G20 di Indonesia diperkirakan akan menambah US$533 juta terhadap PDB nasional, mendorong konsumsi domestik menjadi Rp1,7 triliun, menciptakan 700.000 lapangan kerja baru dan menarik 33.000 pekerja di sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Berita terkait: UMKM andalan ekonomi di tengah krisis: menteri

Berita Terkait: Pemerintah targetkan digitalisasi 30 juta UMKM pada 2023

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *