Betelgeuse masih menjadi kandidat utama untuk bintang yang meledak.
REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta – Bintang Betelgeous Gemini Raksasa merah rasi Orion mungkin tidak sebesar atau seluas yang diperkirakan sebelumnya. Penelitian baru menunjukkan bahwa raksasa merah ini masih menjadi kandidat utama untuk mengakhiri hidupnya dalam ledakan supernova. Bintang itu akan membakar bahan bakar nuklir terakhirnya.
Spekulasi tentang wabah diperkirakan meningkat setelah bintang raksasa merah menyusut tahun lalu. Namun, pengamatan ekstensif menunjukkan interpretasi yang berbeda.
Pertama, sebagian besar pengaburan disebabkan oleh awan debu besar yang dilemparkan bintang ke arah Bumi di sepanjang garis pandangnya. Kedua, dipicu oleh gelombang tekanan yang mendorong impuls di dalam bintang raksasa.
“Ini biasanya salah satu bintang paling terang di langit,” kata peneliti Universitas Nasional, “tapi kami telah melihat dua tetes kecerahan planet Gemini sejak akhir 2019.” astronomiMinggu (18/10).
Ia menambahkan, situasi ini memicu spekulasi bahwa bintang raksasa itu akan meledak. Berdasarkan penelitiannya, ia menunjukkan hal yang berbeda.
“Kami tahu bahwa peristiwa peredupan pertama termasuk awan debu. Kami menemukan bahwa peristiwa kecil kedua kemungkinan besar disebabkan oleh denyutan bintang. “
Peneliti Universitas Tokyo Cheng Zhi Leung mengatakan tim peneliti mengkonfirmasi gelombang tekanan, yang pada dasarnya adalah gelombang suara, menggunakan model hidrodinamik dan seismik. “Gelombang suara – penyebab detak jantung Betelgeuse,” kata Xing Zhi-Leung.
Penelitian dipublikasikan di Jurnal Astrofisika, Kali ini dia menyatakan bahwa Betelgeuse membakar helium di intinya, yang berarti tidak akan meledak.
Berdasarkan analisis gelombang tekanan dan menstruasi, penelitian menunjukkan bahwa laju Gemini tidak sebesar yang diperkirakan sebelumnya. Jika bintang itu berada di pusat tata surya bumi, radius bintang itu akan memanjang sekitar dua pertiga dari jalan menuju Jupiter.
Dari perhitungan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa Betelgeuse berjarak sekitar 530 tahun cahaya dari Bumi, bukan 700 tahun cahaya dari perkiraan sebelumnya. Kabar baiknya adalah ketika bintang ini akhirnya meledak, ia masih terlalu jauh dari Bumi untuk menjadi ancaman.
“Ninja twitter bersertifikat. Ahli internet. Penggemar budaya pop hardcore. Baconaholic.”
You may also like
-
Aturan matematika ditemukan di balik distribusi neuron di otak kita
-
Para ilmuwan menemukan penjelasan untuk lubang gravitasi raksasa di Samudra Hindia
-
Peta baru yang akurat dari semua materi di alam semesta dirilis
-
Para ilmuwan mengatakan sepasang bintang yang sangat langka berperilaku sangat ‘aneh’
-
Lima Angsa Tewas Setelah Terbang Ke Saluran Listrik Hinkley | Berita Inggris