BRIN harus bisa mendukung pembangunan Indonesia: Ilmuwan

BRIN mempunyai tugas memetakan kebutuhan iptek serta menyiapkan invensi dan inovasi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah pembangunan

Jakarta (ANTARA) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) harus mampu mendukung program pembangunan nasional Indonesia melalui hasil riset dan inovasi yang penting untuk pengambilan kebijakan, ujar ilmuwan senior ini.

“Misi BRIN adalah memetakan kebutuhan iptek serta menyiapkan invensi dan inovasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah pembangunan,” kata Siti Zuhro, peneliti senior di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Dalam wawancara dengan ANTARA, Rabu, tentang pelantikan Laksono Tri Handoko sebagai bos baru BRIN menggantikan Bambang PS Brodjonegoro, Zuhro menyebut pemerintah sudah mengklarifikasi posisi BRIN sebagai lembaga otonom.

Untuk itu, BRIN didorong untuk fokus pada penelitian dan inovasi yang dapat membantu kemajuan pembangunan Indonesia, ujarnya.

Namun, badan tersebut tertantang dengan fakta bahwa unit penelitian dan pengembangan tersedia di berbagai kementerian, lembaga pemerintah, dan pemerintah daerah.

Untuk menyikapi kenyataan ini, BRIN harus mampu mengelola dan mengintegrasikannya agar lebih efektif, kata Zuhro seraya menambahkan bahwa ekosistem riset dan inovasi bukan hanya produk, tetapi juga produk dan eksploitasi invensi dan inovasi. Inovasi dan pengembangan. anggaran membutuhkan dukungan sementara dan transfer teknologi.

Menurut Zuhro, BRIN ditantang untuk menciptakan ekonomi berbasis inovasi, memfasilitasi reformasi birokrasi, serta mengakselerasi ekosistem riset dan inovasi.

Badan tersebut perlu memperkuat struktur ekonomi Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi rata-rata minimal lima persen pada tahun 2025 dan pertumbuhan enam persen setelah tahun 2025.

Masalahnya, BRIN sebagai lembaga otonom baru harus menangani masalah terkait nomenklatur sebelum bisa menjalankan programnya. Setidaknya butuh satu tahun untuk menangani masalah terkait nomenklatur, katanya.

READ  Sejak diluncurkan, Redmi Note sudah terjual 140 juta unit

Sementara itu, Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Panut Mulyono mengatakan, BRIN harus segera memiliki program yang memungkinkannya untuk mengkoordinasikan unit penelitian dan pengembangan di berbagai kementerian.

Selain itu, BRIN harus mengalokasikan anggaran yang besar untuk memajukan proyek-proyek penelitian yang hasilnya bisa dijadikan produk yang bisa dipasarkan, katanya.

Pada hari Rabu Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menunjuk Handoko sebagai bos BRIN untuk menggantikan Brodjonegoro.

Handoko mengambil sumpah jabatannya saat pengambilan sumpah di Istana Negara Jakarta, bersama dengan Nadiem Makarim yang diangkat menjadi Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Ristek, dan Bahlil Lahadalia yang dilantik sebagai Menteri Penanaman Modal.

Berita terkait: Pemerintah mendanai 305 makalah penelitian untuk klarifikasi seleksi PRN 2020-2024
Berita terkait: Widodo menunjuk dua menteri baru di bawah perombakan kecil
Berita terkait: Menteri Brodjonegoro menyoroti perlunya penelitian di empat bidang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *