Umat Kristen di Indonesia telah mendesak pemerintah untuk menghapus atau merevisi buku teks agama Islam yang mengacu pada Alkitab. Anda mengatakan pelajaran agama di sekolah seharusnya tidak menyentuh pengajaran tetapi fokus pada nilai-nilai moral untuk menghindari kesalahpahaman.
Pendeta Gomar Gultom, ketua Persekutuan Gereja di Indonesia, mengatakan badan ekumenis nasional telah menulis surat kepada Menteri Agama yang bertanggung jawab atas buku pelajaran agama untuk sekolah menengah dan atas untuk bekerja dengan Kementerian Pendidikan Kebudayaan, editor, untuk berpidato. masalah untuk dipecahkan.
“Pendidikan agama dogmatis di ruang publik hanya mengarah pada segregasi bahkan bisa menimbulkan permusuhan. Oleh karena itu, pendidikan agama harus dilakukan dalam bentuk pembelajaran di ruang privat seperti di keluarga dan di tempat ibadah – bukan di sekolah,” tandasnya. Gultom dalam pernyataannya pada Januari Maret.
Sebuah buku teks Islam untuk siswa yang lebih tua menyebutkan bahwa Alkitab “diubah dan direvisi oleh tangan manusia,” tidak seperti Injil asli yang diwahyukan Tuhan kepada nabi. Adalah, nama Yesus di antara orang Muslim.
“Alkitab asli berisi informasi yang benar dan nyata, yaitu perintah-perintah Tuhan, sehingga orang bisa menafsirkannya dan tidak mengaitkannya dengan apapun,” katanya.
Buku teks mengkritik Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes menurut tubuh oikumenis dan menambahkan bahwa itu juga menyebutkan Injil Barnabas.
Gultom mengatakan, meski merupakan bagian dari ajaran Islam, namun seharusnya tidak dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan agama.
“Ketika negara merumuskan kurikulum pendidikan agama dengan memasukkan dogma atau doktrin agama, itu bergerak ke dalam teologi, yang sangat tidak masuk akal,” katanya kepada UCA News.
Di tengah upaya membangun kerukunan, persoalan agama seperti itu menjadi kendala serius, imbuhnya.
“Ada titik temu dan perbedaan dalam agama Kristen dan Islam, dan jika tidak ditangani dengan hati-hati, bisa menghambat upaya untuk mencapai kerukunan tersebut,” ujarnya.
Pastor Vinsensius Darmin Mbula, Ketua Dewan Nasional Pendidikan Katolik, mengatakan buku teks agama harus fokus pada nilai-nilai universal dan berhati-hati terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan konflik.
“Bahkan ketika kita berbicara tentang hal-hal yang dianggap terkait dengan agama lain, fokusnya harus lebih pada bagaimana jembatan dapat dibangun untuk menciptakan semangat perdamaian dan kerukunan,” ujarnya kepada UCA News.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan dia telah membentuk tim untuk meninjau buku khusus ini.
Maman Fathurrahman, Direktur Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mengatakan pihaknya selalu berusaha menegakkan semangat persatuan dan kesatuan serta toleransi antar umat beragama.
“Kami mengapresiasi kontribusi umat Kristiani, termasuk berharap kajian agama mengutamakan kajian etika dan nilai-nilai universal agama,” ujarnya.
Namun, Tengku Zulkarnain, seorang ulama Muslim dan mantan wakil sekretaris jenderal Majelis Ulama Indonesia – badan Muslim tertinggi di negara itu – memperingatkan pemerintah agar tidak merevisi buku teks secara membabi buta dan mengatakan bahwa mereka harus meninjau setiap perubahan dengan hati-hati.
Dalam cuitannya, dia mengatakan bahwa perbedaan pandangan agama adalah hal yang wajar, termasuk cara agama Ibrahim lainnya seperti Yudaisme dan Kristen memandang Alquran.
“Ninja twitter bersertifikat. Ahli internet. Penggemar budaya pop hardcore. Baconaholic.”
You may also like
-
Aturan matematika ditemukan di balik distribusi neuron di otak kita
-
Para ilmuwan menemukan penjelasan untuk lubang gravitasi raksasa di Samudra Hindia
-
Peta baru yang akurat dari semua materi di alam semesta dirilis
-
Para ilmuwan mengatakan sepasang bintang yang sangat langka berperilaku sangat ‘aneh’
-
Lima Angsa Tewas Setelah Terbang Ke Saluran Listrik Hinkley | Berita Inggris