Tsunami R menjarah Retail RI, Ramayana hingga Sogo gemetar

Jakarta, CNBC Indonesia – Saat ini, bisnis ritel negara sedang dipertaruhkan. Bagaimanapun, sektor ritel adalah salah satu sektor yang paling terpukul oleh pandemi Covid-19.

Penurunan daya beli dan keinginan masyarakat untuk membeli produk fesyen menyebabkan jatuhnya sektor ini. Ritel, terutama department store, sudah bergoyang sejak lama, terutama sebelum pandemi.

Tak heran, banyak perusahaan saat ini yang memilih jalan terakhir dengan mengakhiri nasib pekerjanya. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pun tak terhindarkan, termasuk sejumlah merek yang berada di bawah naungan grup MAP, yakni Sogo, Seibu hingga Galeries Lafayette.


Saat pandemi Covid-19, ada beberapa perusahaan yang melakukan PHK, seperti Sogo. Sogo yang sudah terkenal dengan produknya yang berkualitas, dikabarkan telah merumahkan 2.500 pekerjanya.

Kemudian PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) membukukan rugi bersih Rp 616,60 miliar selama sembilan bulan tahun ini.Nilai ini berbanding terbalik dengan periode akhir September 2019, di mana perseroan masih meraup laba 1,18. Mencapai Rp triliun.

Meski begitu, perseroan masih mengoperasikan 153 cabang. Diperkirakan perusahaan akan menutup tiga toko lagi pada akhir tahun, mengingat target perusahaan hanya mengoperasikan 150 toko format besar yang menguntungkan pada akhir tahun 2020.

Peritel fesyen dengan merek Manzone, MOC, Men’s Top, Nike dan PT Mega Perintis Tbk (ZONE) telah menyoroti dampak pandemi Covid-19 terhadap bisnis korporat dan pengaruhnya terhadap karyawan perusahaan. Perusahaan tidak mengakhiri hubungan kerja, tetapi memberhentikan sementara karyawan perusahaan.

Sejak Desember 2019, jumlah pegawai tetap dan tidak tetap telah mencapai 3.283 orang, sedangkan jumlah pegawai tetap dan tidak tetap saat ini sebanyak 1.005 orang, yang berarti menurun sebanyak 2.278 orang.

READ  UUS BTN Ingin ikut merger Bank Syariah BUMN? Ini yang dikatakan Wakil Menteri Tiko

Kemudian PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. Sedikitnya 13 cabang ditutup akibat penurunan penjualan akibat pandemi Covid-19. Tindakan ini telah dilakukan sejak akhir Maret 2020.

Perusahaan ini juga mendapatkan hasil yang tidak menyenangkan dalam hal penjualan. Laba bersih perseroan turun 99% selama 6 bulan pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

[Gambas:Video CNBC]

(wia)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *