“Tidak ada peringatan”: Topan yang kuat mengungkapkan keengganan Indonesia

Gregorius Hide, seorang petani berusia 70 tahun di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia Timur, mengatakan satu-satunya peringatan yang dia miliki tentang pusaran air berlumpur yang mendekati daerahnya minggu ini adalah bau tanah lembab tak lama setelah itu melanda.

Topan tropis Seroja, salah satu topan terkuat yang melanda Indonesia, melanda 163 orang pada hari Minggu, terutama di pulau Lembata, Alor dan Adonara, yang termasuk bagian termiskin dan terbelakang di Indonesia. Kepulauan yang luas, terdiri dari lebih dari 17.000 pulau, digunakan untuk menangani bencana mulai dari gempa bumi hingga letusan gunung berapi. Namun, siklon sebesar ini jarang terjadi dan menyebabkan banyak daerah kurang siap.

“Tidak ada peringatan pemerintah di desa itu,” kata Gregorius, menceritakan bagaimana dia berhasil melarikan diri dengan keluarganya sebelum kembali untuk merawat tetangga yang terluka dan membantu mereka yang kehilangan segalanya. Pihak berwenang perlu belajar cepat dari bencana tersebut karena Badan Cuaca Indonesia (BMKG) telah memperingatkan bahwa siklon tropis yang lebih jarang lebih sering terjadi dan siklon berpotensi berbahaya lainnya akan tiba minggu ini.

Aktivis dan peneliti menunjukkan lambatnya respon ke Seroja karena infrastruktur peringatan dini yang buruk. “Seharusnya kita dievakuasi lebih cepat untuk memprediksi kapan itu akan terjadi, siapa yang harus kita evakuasi,” kata Dominikus Karangora dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), sebuah kelompok nonpemerintah di Nusa Tenggara Timur. Beberapa warga memperingatkan orang-orang dengan cara tradisional. Masjid dilaporkan memperingatkan bahaya yang akan datang dengan pengeras suara dan lonceng gereja. Badan cuaca Indonesia meneruskan peringatan kepada otoritas perlindungan sipil setempat dan menawarkan peringatan di situsnya.

READ  Anjing berevolusi dari dua populasi serigala, menurut penelitian | genetika

Isyak Nuka, Kepala Badan Perlindungan Sipil di Nusa Tenggara Timur, mengatakan tindakan seperti itu biasanya efektif, tetapi tingkat banjir bandang dan tanah longsor “belum pernah terjadi sebelumnya”. Isyak berjanji akan menggunakan bencana ini sebagai pelajaran untuk memperkuat sistem.

Erma Yulihastin, ahli iklim di Lembaga Dirgantara Nasional Indonesia, mengatakan Seroja adalah anomali kekuatan destruktifnya, karena siklon biasanya tidak mendapatkan daya tarik di negara di ekuator. “Siklon tropis jarang terjadi, tetapi kerusakannya luar biasa,” katanya.

Agie Wandala Putra, Peneliti BMKG, mengatakan kesiapan Indonesia saat ini difokuskan untuk melindungi diri dari bencana seperti gempa bumi dan tsunami serta perlu lebih memperhatikan kejadian seperti banjir, angin topan dan kekeringan. “Yang perlu disoroti bukan hanya peringatan dini, tapi juga kemampuan kita bereaksi,” ujarnya.

(Kisah ini tidak diedit oleh staf Devdiscourse dan secara otomatis dihasilkan dari umpan tersindikasi.)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *