Josa Lukman (The Jakarta Post)
– ●
Jum, 8 Oktober 2021
Indonesia memiliki sekitar 3,36 juta hektar ekosistem mangrove dan merupakan mangrove terluas di dunia. Sekitar 1,5 juta hektar hutan bakau Indonesia terletak di properti di provinsi Papua dan Papua Barat. Sayangnya, sekitar 6 persen mangrove Papua telah mengalami degradasi ekologis, termasuk hutan mangrove di Klamana, Sorong, Papua Barat.
Menurut Demianus Werbete, Ketua Kelompok Tani Hutan Klamana, salah satu penyebab rusaknya mangrove adalah karena penduduk setempat membawa serta terumbu karang di sekitarnya.
“Mata pencaharian penduduk setempat bergantung pada terumbu karang. Mereka tahu ini buruk bagi lingkungan, tetapi karena mereka harus meletakkan makanan di atas meja, mereka tidak punya pilihan selain tetap mengambil koral itu, ”katanya.
Penggunaan terumbu karang yang berlebihan dapat menyebabkan gelombang yang lebih tinggi menerjang pantai, sementara ekosistem dapat terganggu karena biota laut bermigrasi ke daerah lain.
Program rehabilitasi mangrove dapat mengatasi masalah tersebut, seperti halnya Klamana. Badan Restorasi Mangrove dan Gambut (BRGM) saat ini sedang menjalankan program penanaman mangrove seluas 50 hektar yang melibatkan sekitar 40 warga sekitar.
“Kami berterima kasih kepada pemerintah atas bantuan mereka dalam memikirkan kembali penduduk setempat, karena hutan bakau dapat menjadi sumber pendapatan tambahan untuk melengkapi ekonomi lokal,” kata Werbete.
Ina Roselina Sikirit, Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) II di Sorong, Papua Barat, mengatakan program rehabilitasi mangrove dapat mendukung perekonomian masyarakat sejalan dengan rencana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di masa pandemi.
“Kami bekerja sama dengan menanam mangrove dan membuat keramba kepiting. Kami memiliki banyak kepiting di sini dan juga lestari karena mereka hidup di sekitar akar bakau. Sekaligus, hutan mangrove juga bisa disulap menjadi tempat wisata dimana wisatawan bisa membeli kepiting bakau,” ujarnya.
Mangrove yang direklamasi tidak hanya akan mereproduksi kepiting, tetapi juga ikan dan udang, karena mangrove berperan sebagai pembibitan spesies biota laut ini. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi masyarakat sebagai sumber protein dan sumber pendapatan tambahan.
“Hal ini memungkinkan penduduk setempat untuk berhenti membawa karang karena mereka memiliki sumber pendapatan tambahan,” kata Sikirit.
Sekretaris BRGM Ayu Dwi Utari mengatakan tambahan sumber pendapatan tersebut merupakan tujuan jangka panjang dari program rehabilitasi mangrove.
“Percaya dan percaya bahwa jika kita merawat mangrove, biota laut akan meningkat, yang pada gilirannya akan berdampak positif pada pendapatan lokal. Seperti yang juga sudah disampaikan presiden, remediasi mangrove juga akan mencegah dampak perubahan iklim,” pungkasnya.
“Ninja twitter bersertifikat. Ahli internet. Penggemar budaya pop hardcore. Baconaholic.”
You may also like
-
Subway setuju untuk menjual kepada pemilik Dunkin’ dan Baskin-Robbins, Roark Capital
-
Qatar Airways dan Airbus mencapai penyelesaian dalam kasus hukum A350 | berita penerbangan
-
Bos NatWest menolak menghadiri sidang parlemen
-
Investor Brunei berencana berinvestasi dalam proyek energi terbarukan di IKN
-
Pembuat ChatGPT OpenAI merilis alat pendeteksi konten buatan AI yang “tidak sepenuhnya andal” | Kecerdasan Buatan (AI)