Perpecahan dalam partai oposisi Indonesia atas pemimpin baru SE Asia News & Top Stories

JAKARTA – Mantan sekutu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendesak Presiden Joko Widodo turun tangan setelah Kepala Staf Presiden, purnawirawan Jenderal Angkatan Darat Moeldoko, terpilih sebagai ketua umum oposisi Partai Demokrat.

Langkah itu dilakukan setelah kongres luar biasa partai yang digelar di Sumatera Utara pada Jumat 5 Maret lalu itu digelar secara tergesa-gesa. Dr. Moeldoko menerima pos pertama. Dia bukan anggota partai sebelum rapat.

Hasilnya beliau membawa Bapak Agus Harimurti Yudhoyono, putra dari Dr. Yudhoyono, tertekan.

Andi Mallarangeng, sekretaris Dewan Tertinggi Partai Demokrat, mengatakan partai tersebut mempermasalahkan hasil tersebut dan menjelaskan Dr. Penunjukan Moeldoko sebagai upaya kudeta oleh Partai Demokrat.

Dia mengatakan Kongres diselenggarakan oleh mantan anggota Partai Demokrat, termasuk mereka yang dipecat oleh partai tersebut.

Namun, Sri Mulyono, mantan anggota Partai Demokrat, mengatakan Kongres Jumat adalah hasil kader yang semakin tidak puas dengan dinasti politik dan kroninya yang “mengganggu meritokrasi.”

Dia mengatakan banyak dari mereka adalah anggota yang telah bekerja keras untuk partai tetapi tidak mendapatkan posisi yang layak di partai atau telah dikeluarkan dari partai.

Dr. Moeldoko, seorang Muslim dan etnis Jawa, mayoritas di Indonesia, sekarang dinobatkan sebagai calon presiden presiden pada tahun 2024.

Menurut undang-undang pemilu Indonesia, seorang calon presiden harus didukung oleh kelompok partai politik yang menguasai 20 persen kursi parlemen.

Dr. Moeldoko, seorang jenderal bintang empat yang pensiun sebagai Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada Juli 2015, pernah menjadi cawapres Jokowi pada tahun 2014.

Bapak Andi mempertanyakan keabsahan penunjukan tersebut, dengan mengatakan bahwa setidaknya dua pertiga dari pemimpin cabang provinsi partai dan setengah dari lebih dari 500 pemimpin kota dan kabupaten tidak menghadiri kongres tersebut.

Dewan Tertinggi partai juga tidak menyetujui Kongres, Andi menambahkan, menyerukan kepada Presiden untuk memastikan bahwa Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia tidak mengesahkan hasil tersebut.

Dalam pidatonya pada Jumat malam, Dr. Yudhoyono mendesak kader untuk melindungi partai dari penculikan orang lain.

“Kalau ini perang … itu perang kebutuhan. Perang untuk mencari keadilan,” kata mantan jenderal Angkatan Darat itu, seraya menegaskan bahwa dia yakin Pak Jokowi, sebutan presiden, akan bertindak bijak.

Hingga Kongres, Pak Agus adalah partai pilihan pertama untuk pemilihan presiden. Pada awal Februari, dia mengumumkan bahwa partai-partai tertentu sedang mengatur upaya untuk menggantikannya, sebuah langkah yang dia lihat sebagai pendahulu dari pencalonan presiden 2024 yang akan menggunakan partainya sebagai kendaraan.

Dia mengatakan para pemimpin partai telah didekati oleh para pemimpin Partai Demokrat saat ini dan untuk menggulingkannya sebagai ketua. Pak Agus menuduh dr. Moeldoko berada di balik persekongkolan, tudingan yang dibubarkan mantan bos TNI itu.

Sementara itu, Pak Andi menghimbau kepada Pak Jokowi untuk segera merespon dengan mengatakan bahwa Dr. Moeldoko seharusnya tidak menggunakan penunjukan politiknya untuk meningkatkan ambisi pribadinya.

“Dia lingkaran dalam istana presiden, setiap hari bertemu dengan presiden … Pertanyaannya apakah dia (Dr. Moeldoko) melakukan pekerjaan resminya atau karena kepentingan pribadi,” kata Andi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *