Peringatan privasi di Indonesia terkait kebocoran sertifikat vaksin presiden | 790 KFGO yang perkasa

JAKARTA (Reuters) – Kebocoran online sertifikat vaksin COVID-19 presiden meningkatkan kekhawatiran keamanan informasi di Indonesia pada minggu yang sama ketika pelanggaran data memengaruhi 1,3 juta pengguna aplikasi pelacakan kontak pemerintah.

Catatan vaksinasi Presiden Joko Widodo diakses melalui aplikasi Peduli Lindeli (perlindungan perawatan) dan beredar luas di media sosial, menimbulkan pertanyaan di antara para ahli tentang komitmen pemerintah terhadap keamanan data.

Analis digital Ismail Fahmi mengatakan kebocoran itu menunjukkan betapa mudahnya melihat atau mungkin menggunakan kartu vaksinasi orang lain, bahkan kartu seorang kepala negara.

“Jika ada perlindungan, itu akan menyelidiki mengapa masalah ini berlanjut dan mengapa catatan pribadi dapat dengan mudah dibongkar,” katanya.

“Tapi tidak ada perlindungan seperti itu.”

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pada hari Jumat bahwa catatan para pejabat tidak lagi dapat diakses.

Beberapa pengguna media sosial menyatakan kekecewaannya pada kekurangan dalam aplikasi, yang diwajibkan bulan lalu.

“Saya semakin tidak mempercayai aplikasi pemerintah setelah itu,” kata seorang pengguna Twitter dengan nama kode @delrellove.

Pengguna lain, Denny Siregar, yang memiliki lebih dari satu juta pengikut, mengatakan, “Privasi kami sangat rendah. Bahkan presiden pun membocorkannya.”

Aplikasi ini berisi data bio pribadi dan menunjukkan tanggal vaksinasi dan jenis yang diberikan. Penggunaannya diperlukan untuk perjalanan udara dan memasuki pusat perbelanjaan.

Fadjroel Rachman, juru bicara presiden, mengatakan pihaknya menyayangkan pelanggaran tersebut.

“Kami berharap instansi terkait dapat menerapkan prosedur tertentu untuk mencegah kejadian serupa, termasuk melindungi data masyarakat,” katanya.

Undang-undang perlindungan data diajukan ke parlemen tahun lalu, tetapi belum disahkan.

Pemerintah mengumumkan pada hari Selasa bahwa mereka sedang menyelidiki masalah di versi sebelumnya dari aplikasi https://reut.rs/3jEofUz, yang mengungkapkan data sekitar 1,3 juta orang.

READ  Penggemar BTS di Indonesia mengadakan kampanye vaksinasi COVID-19 gratis

Itu terjadi beberapa bulan setelah dugaan pelanggaran data jaminan sosial https://reut.rs/3jGAuQD oleh perusahaan asuransi negara.

“Masalahnya masih sama, tidak ada strategi komprehensif untuk melindungi data warga,” kata Damar Juniarto dari kelompok advokasi digital SAFEnet.

“Dengan standar perlindungan data yang baik dan desain yang baik, harus ada batasan untuk memverifikasi data orang lain, apalagi presiden.”

(Laporan Stanley Widianto di Jakarta dan Kate Lamb di Sydney; penyuntingan oleh Martin Petty)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *