Bisnis.com, JAKARTA – Robby Sumampow, Pendiri PT Indo Kordsa Tbk., Dahulu bernama PT Branta Mulia Tbk., Yang mempersempit 23,92 persen saham memancarkan BRAM menyandikan “liburan” dari tanah Bursa setelah kematian di Singapura.
Robby Sumampow dikabarkan meninggal dunia pada Minggu (11.10.2020) sekitar pukul 23.00 WIB di Singapura. Hari ini, Senin (10 Desember 2020), jenazah Robby akan dibawa kembali ke Solo.
Tokoh masyarakat Solo Sumartono Hadinoto saat dihubungi solopos.com mengonfirmasi kematian Robby di Singapura pada Minggu malam (11/10/2020).
“Iya betul, tadi malam saya dapat kabar lagi dari teman-teman saya jam 11 malam, kemudian jam 1 pagi dari keponakannya. Tadi pagi saya koordinasi dengan keponakannya jadi sepertinya dia di bawa ke solo. . Saya baru saja mengecek Tiong Ting Solo, ”katanya.
Komposisi kepemilikan saham Indo Kordsa, emiten dengan kapitalisasi pasar Rp 1,89 triliun, yakni US Textile Engineering Kordsa 61,59 persen atau 277,15 juta saham, Robby Sumampow (23,92 persen), PT Risjadson Suryatama (5,61). Persen) dan publik atau bahkan publik 8,88 persen.
Pergerakan harga gudang BRAM sendiri relatif tidak likuid, tercermin dari minimnya kepemilikan publik atas saham tersebut jika mengacu pada data KSEI, yakni 8,8 persen.
Jika kita mengacu pada keadaan bisnis yang sudah berdiri hampir 40 tahun, komitmen BRAM untuk operasional jelas harus cukup kuat.
Untuk informasi, 1985, Robby, Pengusaha Sejak era Orde Baru, perusahaan membuka pabrik kain ban pertamanya di Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Selain itu, operasi komersial dimulai pada 1 April 1987.
Saham perusahaan juga tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya dengan nama PT Branta Mulia Tbk sejak tahun 1990 dan seterusnya.
Sejak saat itu, banyak reformasi dan peningkatan nilai telah dilaksanakan untuk kepentingan para pemangku kepentingan. Di antaranya, BRAM didirikan pada Oktober 1990 melalui pembentukan perusahaan patungan bernama Thai Branta Mulia Co. Ltd. diperluas. Pada tahun 1993 perusahaan membuka pabrik kain ban. di Ayutthaya, Thailand.
Kemudian pada awal tahun 1996, BRAM mendirikan PT Branta Mulia Teijin Indonesia bekerjasama dengan Teijin Limited Japan untuk produksi benang ban poliester. Produksi komersial dimulai pada tahun 1997 di Citeureup, Bogor, Jawa Barat.
Pada tahun 1997 DuPont Chemical and Energy Operation Inc. mengakuisisi 19,78% saham BRAM. Akuisisi ini memberikan angin segar bagi perusahaan karena kolaborasi ini menghasilkan aliansi strategis hingga Januari 2006.
Kolaborasi tersebut berakhir pada tahun 2006 ketika DuPont menjual seluruh sahamnya kepada beberapa pemegang saham pendiri PT Branta Mulia Tbk.
Pada 1999, perseroan mengumumkan pencatatannya di Bursa Efek Surabaya (BES). Perusahaan meningkatkan kepemilikannya di Thai Branta Mulia Co Ltd dari 49% menjadi 64,19% pada tahun 2000.
Pada tahun 2006, Kordsa Global AS, sebuah perusahaan Turki Sabanci Holding Group, mengakuisisi 51,3% saham perusahaan. Per 2018, Kordsa Global telah meningkatkan kepemilikannya menjadi 61,59% dan perseroan berganti nama menjadi PT Indo Kordsa Tbk.
Saham perseroan di PT Indo Kordsa Teijin meningkat menjadi 99,90% pada tahun 2008 melalui pembelian saham di Teijin Fibers Limited, sehingga PT Indo Kordsa Teijin berubah nama menjadi PT Indo Kordsa Polyester (IKP) pada tahun 2009.
Sepanjang 2020, harga saham BRAM turun 61,20 persen menjadi Rp 4.190 per saham.
Masuk Daftar
Bisnis Indonesia bersama tiga media menggalang dana untuk membantu tenaga medis dan warga terdampak virus corona yang dijalankan melalui Yayasan Lumbung Pangan Indonesia (rekening BNI: 200-5202-055).
Ayo, bantu donasi sekarang! Klik disini untuk lebih jelasnya.
“Ninja twitter bersertifikat. Ahli internet. Penggemar budaya pop hardcore. Baconaholic.”
You may also like
-
Subway setuju untuk menjual kepada pemilik Dunkin’ dan Baskin-Robbins, Roark Capital
-
Qatar Airways dan Airbus mencapai penyelesaian dalam kasus hukum A350 | berita penerbangan
-
Bos NatWest menolak menghadiri sidang parlemen
-
Investor Brunei berencana berinvestasi dalam proyek energi terbarukan di IKN
-
Pembuat ChatGPT OpenAI merilis alat pendeteksi konten buatan AI yang “tidak sepenuhnya andal” | Kecerdasan Buatan (AI)