JAKARTA (ANTARA) — Sekretaris Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate dalam wawancara khusus dengan ANTARA, seperti dikutip Sabtu, menekankan pentingnya membahas arus data lintas batas dalam forum internasional G20.
G20 adalah forum internasional yang terdiri dari 19 negara yang bekerja sama untuk menyelesaikan isu-isu penting. Indonesia memegang kursi kepresidenan pengelompokan tahun ini.
Mendagri menilai, masalah tanggal berkaitan dengan tiga hal. Pertama, data dibandingkan dengan minyak dan karena itu memiliki nilai ekonomi yang besar.
“Untuk itu, kita harus mengelola data dengan baik,” tegasnya.
Kedua, data berkaitan dengan kedaulatan suatu negara, sedangkan ketiga, data bersifat geostrategis, artinya dapat menentukan masa depan suatu negara.
“Untuk itu, meski masalahnya sangat rumit, kami tidak bisa menyederhanakan data,” ujarnya.
Kompleksitas data dapat dilihat dari ketiga poin tersebut. Suatu negara harus mengelola data untuk menuai keuntungan ekonomi dengan tetap menjaga kedaulatan data dan sifat geostrategisnya.
Masih harus ada kesepakatan tentang lalu lintas data lintas batas di seluruh dunia. Akibatnya, selama kepresidenan G20 Jepang, negara-negara anggota dengan percaya diri menyetujui aliran data bebas.
Berita Terkait: Delegasi DEWG sepakat tentang pentingnya tata kelola data
Arus data lintas batas membutuhkan protokol yang akurat yang menjadi acuan bagi negara-negara anggota dalam pengelolaan data.
Isu aliran data lintas batas menjadi salah satu topik prioritas pembahasan dalam Digital Economy Working Group (DEWG) yang merupakan bagian dari Sherpa Track Kepresidenan G20 Indonesia.
Sebagai penyelenggara DEWG, Kemenkominfo menawarkan empat prinsip dasar data yang bisa dibahas dalam forum tersebut.
Yang pertama menyangkut legalitas, yang berarti bahwa data yang mengalir melintasi perbatasan negara harus memenuhi persyaratan hukum.
Yang kedua berkisar pada prinsip fairness, artinya data yang mengalir harus memiliki elemen ini.
G20 berfokus pada inklusivitas, yang berarti setiap orang harus berpartisipasi. Tidak ada pemenang atau pecundang, dan semua orang harus mendapatkan keuntungan secara kolektif, kata Plate.
Ketiga, mobilisasi data harus memasukkan unsur transparansi. Sebagai contoh penerapan transparansi, menteri mencontohkan persetujuan pemilik data pribadi untuk pengelolaan data.
Akhirnya, pengelolaan data lintas batas harus didasarkan pada timbal balik.
Prinsip-prinsip ini dibawa ke meja diskusi untuk memobilisasi manajemen di dunia dan memiliki protokol yang sesuai.
Kementerian akan menggelar pertemuan DEWG ketiga pada Juli mendatang di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Berita Terkait: Indonesia mendesak anggota G20 untuk menyepakati prinsip-prinsip tata kelola data
Berita Terkait: Indonesia tegaskan kembali komitmen fasilitasi arus data lintas batas di G20
“Ninja twitter bersertifikat. Ahli internet. Penggemar budaya pop hardcore. Baconaholic.”
You may also like
-
Subway setuju untuk menjual kepada pemilik Dunkin’ dan Baskin-Robbins, Roark Capital
-
Qatar Airways dan Airbus mencapai penyelesaian dalam kasus hukum A350 | berita penerbangan
-
Bos NatWest menolak menghadiri sidang parlemen
-
Investor Brunei berencana berinvestasi dalam proyek energi terbarukan di IKN
-
Pembuat ChatGPT OpenAI merilis alat pendeteksi konten buatan AI yang “tidak sepenuhnya andal” | Kecerdasan Buatan (AI)