Memberikan peringatan kepada Iran, Trump mengirim pembom B-52 Page all

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Presiden AS Donald Aset melaporkan pengiriman pembom B-52 di Timur Tengah sebagai bentuk peringatan Iran.

Kabar tersebut muncul setelah presiden sebelumnya berencana untuk menyerang situs nuklir negara itu, yang dia lawan karena bisa memicu perang besar.

Saat itu, dilaporkan bahwa presiden berusia 74 tahun itu berencana menghancurkan fasilitas nuklir sebelum digantikan oleh Joe Biden.

Baca juga: Rusia mengerahkan 8 jet tempur untuk menghadapi 3 pembom B-52 AS

Hubungan AS-Iran memburuk sejak Trump menjadi presiden pada Januari 2017, di mana ia memberlakukan serangkaian sanksi terhadap Teheran.

Komando Pusat AS mengatakan keberadaan pembom B-52 harus mengamankan sekutu dan mitra Washington serta mengancam musuh.

Setidaknya tiga pesawat Stratofortress, yang terbesar di Angkatan Udara AS, telah terbang ke Timur Tengah, demikian dilaporkan. Matahari Selasa (24/11/2020).

Pesawat itu, dengan daya jelajah hingga 14.000 kilometer, terbang dari pangkalannya di North Dakota ke Qatar.

B-52 Stratofortress, yang dapat membawa bom nuklir, terbang dikawal oleh jet tempur F-15 dan tanker KC-10 dan KC-135.

Letnan Jenderal Greg Guillot, komandan Angkatan Udara ke-9, mengatakan bahwa unit mereka memiliki kemampuan untuk bergerak cepat di darat untuk merebut daerah dan mengeksplorasi potensi serangan.

Baca juga: Rusia menuduh pilot pesawat tempur F-16 Korea Selatan melakukan manuver tidak profesional terhadap pembom

Jenderal Guillot menjelaskan bahwa misi ini tidak hanya membantu awak B-52 memahami wilayah udara di area target, dan melakukan fungsi kontrol dan komando selama ini.

“Mereka juga terintegrasi dengan aset yang dimiliki baik Amerika Serikat maupun sekutunya di teater, sehingga meningkatkan kesiapan pasukan gabungan,” jelasnya.

READ  Trump menolak menjawab pertanyaan dari penyelidikan negara bagian New York

Washington menyatakan bahwa keberadaan benteng udara mereka bergantung pada gentingnya situasi di Timur Tengah.

Sebelumnya, Pentagon mengirim pesawat yang bisa membawa 30 ton bom setelah menewaskan komandan tinggi Iran Qasem Soleimani pada Januari lalu.

Baca juga: Jepang mengirim jet tempur untuk mengawal pembom Rusia ke wilayahnya

Kemudian pada Mei 2019, mereka juga memberangkatkan pesawat tersebut setelah Teheran mengklaim telah menembak jatuh drone Amerika karena berada di wilayah udara mereka.

Hubungan kedua negara mulai memburuk setelah Trump secara sepihak menarik “negara Paman Sam” dari kesepakatan nuklir 2015 pada 2018.

Saat itu, Trump berkilah bahwa kesepakatan era Barack Obama tidak mencakup aktivitas Iran di Timur Tengah, seperti mendanai Houthi di Yaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *