ILUSTRASI. Pekerja mengisi botol gas elpiji di SPBE Depok, Jawa Barat, Senin (6/7/2020). KONTAN / Baihaki / 06/07/2020
Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Komisi VII DPR RI menilai masalah subsidi elpiji 3 kg terletak pada ketidaktepatan data penerima atau data masyarakat miskin, serta kendala dalam pemantauan dan penilaian distribusi.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI kelompok PAN, Eddy Suparno, mencatat tiga masalah yang muncul dalam penyaluran gas cair bersubsidi 3 kg, yakni konsumsi orang yang tidak berhak, data penerima yang tidak akurat, dan kenaikan harga akibat temuan tersebut. .
“Harga di agen sudah dipatok lalu terus ke pangkalan. Ada kenaikan harga dari Rp 5.000 menjadi Rp 8.000, tapi masyarakat tetap membeli karena harganya lebih murah,” kata Eddy, Minggu (16/10). 11/10) menuju Kontan.co.id.
Eddy menambahkan, ada dua hal yang perlu menjadi fokus, yakni perbaikan data penerima serta perbaikan monitoring dan evaluasi. Menurut dia, perbaikan data penerima pandemi Covid-19 sudah tepat karena pemerintah telah melaksanakan sejumlah program bantuan kepada masyarakat. Dengan demikian, data yang digunakan oleh pemerintah dapat dijadikan rujukan.
Sementara itu, proses evaluasi juga dipandang perlu karena evaluasi dan monitoring masih dinilai minim. Namun Eddy tidak setuju dengan usulan KPK untuk mengalihkan subsidi LPG 3 kg ke sistem BLT (Bantuan Langsung Tunai).
“Ada hitung-hitung satu rumah tangga pakai 3 tabung sebulan, jumlahnya 100.000 rupiah. Tapi kalau dapet tunai dulu, mungkin bukan beli elpiji, tapi kacang-kacangan atau yang lainnya. Tidak efektif,” jelas Eddy.
Di sisi lain, KPK menilai dalam studinya data usulan penerima manfaat dari provinsi terus meningkat, meski data Badan Pusat Statistik menunjukkan penurunan jumlah penduduk miskin.
Baca juga: BPKN menyampaikan tentang pengelolaan subsidi gas 3kg
Sebagai informasi: Dalam RAPBN 2021 (RAPBN), volume LPG 3 kg bersubsidi adalah 7,5 juta ton (MT).
Eddy mengungkapkan, temuan ini telah memperhitungkan studi sejumlah lembaga di mana jumlah penduduk miskin berpotensi meningkat pada 2021 menyusul dampak pandemi Covid-19. Selain itu, konsumsi LPG juga diperkirakan akan meningkat.
Hingga pesan ini ditulis, belum ada tanggapan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM) yang dihubungi melalui Plt Dirjen Migas Ego Syahrial.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam memastikan masih mengkaji skema distribusi untuk 2021. Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, pemberian subsidi idealnya dilakukan secara tertutup agar penyalurannya tepat sasaran. “Nanti subsidi akan diterapkan secara tertutup, tapi sampai saat ini kami masih berkoordinasi dengan kementerian lain,” kata Arifin pada awal September di Komisi VII RDP.
DONASI, dapatkan voucher gratis!
Sebagai ungkapan terima kasih atas perhatian Anda, terdapat voucher gratis senilai donasi yang dapat Anda beli TOKO SELAMAT.
“Ninja twitter bersertifikat. Ahli internet. Penggemar budaya pop hardcore. Baconaholic.”
You may also like
-
Subway setuju untuk menjual kepada pemilik Dunkin’ dan Baskin-Robbins, Roark Capital
-
Qatar Airways dan Airbus mencapai penyelesaian dalam kasus hukum A350 | berita penerbangan
-
Bos NatWest menolak menghadiri sidang parlemen
-
Investor Brunei berencana berinvestasi dalam proyek energi terbarukan di IKN
-
Pembuat ChatGPT OpenAI merilis alat pendeteksi konten buatan AI yang “tidak sepenuhnya andal” | Kecerdasan Buatan (AI)