‘Kotak Hitam’ dari kecelakaan pesawat Indonesia akan dipulihkan

Penyelam Angkatan Laut Indonesia telah menemukan perekam data penerbangan dari Sriwijaya Air Penerbangan 182, yang jatuh ke Laut Jawa tak lama setelah lepas landas pada hari Sabtu dengan 62 orang di dalamnya.

Jenazah beberapa korban juga dibawa ke darat dengan puluhan kantong mayat, kata para pejabat. Sejauh ini, empat korban telah diidentifikasi. Tidak ada yang selamat dari penerbangan tersebut.

Pemulihan cepat perekam data penerbangan, kadang-kadang disebut sebagai “kotak hitam” dan salah satu dari dua di pesawat, membantu petugas memahami mengapa Boeing 737-500 berusia 26 tahun itu jatuh hanya empat menit setelah lepas landas dari Jakarta, Modal. Pesawat terbang ke Pontianak di pulau Kalimantan dengan waktu penerbangan sekitar 90 menit.

Para penyelam mengambil perekam data penerbangan dari bangkai kapal di sekitar 75 kaki perairan antara pulau Lancang dan Laki, kata para pejabat.

Boeing memiliki dua perekam data di ujung pesawat yang berlawanan: perekam data penerbangan di bagian ekor pesawat yang dapat memberikan informasi tentang operasi mekanis jet selama penerbangan singkatnya, dan perekam suara kokpit yang merekam percakapan antara pilot dan co-pilot. .

Penyidik ​​berharap dengan menganalisa informasi yang terdapat pada kedua perangkat tersebut dapat memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang terjadi selama penerbangan.

Pesawat itu jatuh hampir 300 meter tak lama setelah lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta dan bangkai kapal itu membentang di area dengan panjang sekitar 300 meter dan lebar 300 meter, kata pihak berwenang.

Ukuran bidang puing-puing yang relatif padat ini konsisten dengan pesawat yang tidak meledak sebelum menabrak air.

READ  Visa pengembara digital 5 tahun yang baru memungkinkan Anda untuk tinggal di Bali tanpa membayar pajak

Setiap perekam data memiliki suar bawah air akustik, yang mengirimkan sinyal jika terjadi kecelakaan untuk membantu mereka yang mencari memulihkan perekam.

Dalam kasus ini, suar akustik terlepas dari perekam suara kokpit dan ditemukan terpisah, kata Panglima TNI, Hadi Tjahjanto. Penyelam terus mencari alat perekam itu sendiri, katanya kepada wartawan.

“Kami yakin perekam suara kokpit akan ditemukan,” ujarnya.

Sriwijaya Air merilis pernyataan bahwa pesawat tersebut telah mendapatkan sertifikat kelaikan udara dari Kementerian Perhubungan yang berlaku hingga 17 Desember 2021.

Seorang juru bicara kementerian Adita Irawati mengatakan sertifikat operasi pesawat diperbarui pada November.

“Sriwijaya Air memenuhi ketentuan yang ditetapkan,” ujarnya.

Kecelakaan baru-baru ini menambah daftar tragedi sebelumnya di Indonesia. Penerbangan Air Asia 8501 jatuh di Laut Jawa di lepas pantai Kalimantan pada Desember 2014. Pada Oktober 2018, Lion Air Penerbangan 610 jatuh ke Laut Jawa di timur laut Jakarta beberapa menit setelah lepas landas.

Dera Menra Sijabat melaporkan dari Jakarta, Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *