Komentar: Dalam pemilihan 2024 di Indonesia, elit partai akan berhadapan dengan tokoh-tokoh populer

Komentar: Dalam pemilihan 2024 di Indonesia, elit partai akan berhadapan dengan tokoh-tokoh populer

Anies, Ganjar dan Andika semua bisa berebut partai atau koalisi yang lebih kuat untuk mendukung mereka dalam beberapa bulan mendatang kecuali Nasdem berhasil bergabung dengan dua atau lebih partai untuk mencapai ambang nominasi. Ini menjelaskan mengapa para pemimpin partai menikmati keuntungan yang jelas atas kepribadian non-partai dalam perlombaan untuk nominasi PE.

KONTES POPULER

Secara pribadi, para pemimpin partai mengeluh bahwa pilihan partai mereka untuk calon presiden telah dipengaruhi secara tidak proporsional oleh angka jajak pendapat, yang terutama berfokus pada popularitas.

Menurut elite partai, partai memiliki hak konstitusional untuk mengajukan calon presiden dan wakil presiden. Banyak elit juga percaya bahwa jika partai mereka adalah calon presiden dari partai mereka, mereka akan dapat menaiki coattails mereka dalam pemilihan umum untuk memenangkan lebih banyak suara.

Jika elit partai berhasil membekukan para pemimpin saat ini dalam jajak pendapat populer (kecuali Prabowo, yang masih memimpin sebagian besar jajak pendapat) dalam pemilihan presiden 2024, itu bisa menandai pergeseran semangat politik Indonesia.

Jokowi adalah kader PDI-P biasa yang, melawan segala rintangan, menjadi calon presiden dari partainya pada tahun 2014. Bahkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang merupakan pemimpin Partai Demokrat pada pemilihan presiden 2004 tetapi bukan ketuanya, tersapu ke tampuk kekuasaan karena popularitasnya di mata para pemilih.

Baik SBY maupun Jokowi mengalahkan para pemimpin partai-partai besar, menunjukkan betapa popularitas massa merupakan faktor kunci dalam pemilihan sebelumnya.

Tokoh-tokoh kunci partai akan diuntungkan jika kandidat non-partai atau kader mainstream populer seperti Anies, Ganjar dan Ridwan Kamil gagal mengamankan nominasi partai mereka. Para pemimpin partai tampaknya menggunakan hak veto mereka untuk mengamankan tiket tersebut.

READ  Ocean Technologies Group Tingkatkan Kemampuan Bahasa Inggris di Indonesia

Bahkan jika tokoh populer seperti Anies dan Ganjar berhasil mendapatkan dukungan dari beberapa partai politik, kemungkinan mereka akan dipaksa untuk menerima pencalonan wakil presiden. Sebab, dari perspektif saat ini, para pemimpin partai yang ada biasanya tertinggal dari kandidat non-partai dalam hal popularitas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *