Kepresidenan G20 Indonesia bermanfaat bagi agenda nasional: Kementerian

Kami ingin menggunakan G20 tidak hanya untuk menunjukkan bahwa Indonesia dapat menjadi pemimpin tetapi juga untuk memacu ekonomi lokal

Jakarta (ANTARA) – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menilai Presidensi Indonesia G20 akan bermanfaat bagi agenda nasional.

“Negara beruntung agenda nasional kita dapat diangkat di forum internasional,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Mira Tayyiba dalam acara virtual “Kepemimpinan Indonesia dalam Isu Digital di Forum G20” di sini, Rabu.

Indonesia hingga November tahun ini menjadi tuan rumah forum internasional G20. Selama tahun ini, forum ini diharapkan menampilkan lebih dari 150 kegiatan. Sementara itu, KTT G20 dijadwalkan berlangsung di Bali pada November mendatang.

Pemerintah menyepakati kegiatan forum G20 tidak hanya digelar di Jakarta dan Bali tetapi juga di sembilan kota lainnya.

Forum tersebut sengaja diadakan di berbagai kota, dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat yang sedang mengalami krisis akibat pandemi COVID-19. Meski demikian, kegiatan G20 tetap dilaksanakan dengan mematuhi protokol kesehatan yang ketat.

“Kami ingin menggunakan G20 tidak hanya untuk menunjukkan bahwa Indonesia bisa menjadi pemimpin tetapi juga untuk memacu ekonomi lokal,” kata Tayyiba.

Kementerian ditunjuk untuk bertanggung jawab atas isu-isu digital selama Kepresidenan G20 Indonesia. Selain menjadi tuan rumah G20 untuk pertama kalinya, Indonesia juga merupakan ketua pertama dari Digital Economy Working Group (DEWG) G20, kelompok kerja yang dibentuk pada tahun 2021.

DEWG adalah peningkatan dari Satuan Tugas Ekonomi Digital yang dibuat pada tahun 2017 selama Presidensi G20 Jerman.

DEWG adalah kelompok kerja yang dibentuk untuk membahas penggunaan teknologi digital, melalui pertukaran informasi dan ide, serta mencari pemahaman bersama tentang kebijakan yang mendorong ekonomi digital.

READ  Mengurangi jejak hutan dari pendanaan komoditas lunak Tiongkok

Dalam forum tersebut, kementerian mengangkat tiga isu prioritas: konektivitas dan pemulihan pascapandemi; literasi dan kemahiran digital; dan aliran data melintasi batas negara.

Isu konektivitas yang akan dibahas oleh kelompok kerja tidak hanya tentang akses internet tetapi juga tentang konektivitas antar orang.

Sementara itu, Kominfo mendorong negara-negara anggota G20 memiliki standar yang sama terkait literasi dan kecakapan digital.

Pemerintah Indonesia sedang mengembangkan G20 Toolkit for Measuring Digital Skills and Digital Literacy yang akan menjadi tolok ukur kesiapan literasi dan keterampilan digital serta menjadi acuan bersama bagi negara-negara anggota G20.

Isu terakhir adalah tentang aliran data lintas batas negara. Terkait masalah ini, Kominfo memandang perlu adanya kesepakatan dengan negara-negara anggota untuk melindungi data, termasuk untuk perlindungan data pribadi dan pengamanan terhadap serangan siber.

Data yang beredar di seluruh dunia setiap hari diperkirakan mencapai 453 miliar gigabyte pada tahun 2025.

Berita terkait: Pemerintah akan usulkan proyek penangkapan dan penyimpanan karbon selama Kepresidenan G20
Berita terkait: SWFG gelar pertemuan pertama di bawah Presidensi G20 Indonesia
Berita terkait: Transformasi digital inklusif diupayakan di bawah Presidensi G20 RI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *