Jakarta. Presiden Joko “Jokowi” Widodo menunjuk Bahlil Lahadalia sebagai menteri investasi baru dan Nadiem Anwar Makarim sebagai pendidikan, budaya, penelitian, dan teknologi pada hari Rabu dan mengakhiri spekulasi tentang restrukturisasi kabinet keduanya dalam lima bulan dengan kejutan kecil.
Bahlil menjadi Menteri Investasi setelah Presiden Jokowi memutuskan untuk mengubah status Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dari lembaga pemerintah yang melapor langsung kepada Presiden menjadi kementerian.
Perubahan status seharusnya memberi kementerian baru lebih banyak kekuasaan, meskipun memiliki peran yang mirip dengan BKPM, untuk mengawasi investasi Indonesia. Bahlil mengatakan dia akan berjanji untuk melanjutkan reformasi dan memotong birokrasi yang menghambat investasi di Indonesia.
“Investasi adalah pintu masuk untuk perbaikan ekonomi di masa depan. Oleh karena itu, reformasi regulasi [as mandated by] Undang-undang tentang penciptaan lapangan kerja tahun 2020 menjadi salah satu tugas yang harus kita lakukan dengan baik ke depannya, ”kata Bahlil di sela-sela acara pelantikannya, Rabu.
Sejak dinobatkan sebagai Investment Czar pada 2019, kinerja Bahlil sangat luar biasa. Selama pandemi Covid-19 tahun lalu, ia berhasil menjaga tingkat investasi di Indonesia. Faktanya, investasi asing langsung naik pada laju tercepat sejak 2017 pada kuartal pertama tahun ini.
Sementara itu, Nadiem akan mengepalai kementerian baru hasil merger Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kementerian Riset dan Teknologi.
Posisi Nadiem di kabinet sempat banyak berspekulasi sejak rencana reshuffle diumumkan beberapa pekan lalu. Banyak yang berspekulasi bahwa menteri berusia 36 tahun, yang termuda di kabinet, dapat diperlihatkan pintu untuk memberi jalan bagi calon politikus Jokowi.
Meski demikian, Nadiem tetap mempertahankan kursinya di kabinet Jokowi, yang terkait dengan tanggung jawab yang diperluas.
“Saya sangat berharap bisa meningkatkan kualitas dan inovasi perguruan tinggi kita dari sisi riset dan teknologi,” kata Nadiem di sela-sela acara pembukaannya, Rabu.
Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro harus merelakan jabatannya. Bambang juga melewatkan kesempatan untuk memimpin Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) yang sebelumnya berada di bawah kementeriannya namun kini menjadi badan independen.
Fisikawan teoretis Laksana Tri Handoko, mantan direktur Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), akan mengepalai BRIN dan melapor langsung kepada presiden.
Jokowi sebelumnya mengatakan, BRIN akan fokus pada riset yang bisa langsung diubah menjadi produk manufaktur. Sementara itu, perguruan tinggi atau LIPI harus mencurahkan sumber dayanya untuk penelitian dasar.
Laksana lahir pada tanggal 7 Mei 1968 di Malang. Ia memperoleh gelar sarjana dalam bidang fisika dari Kumamoto University di Jepang. Laksana memperoleh gelar master dalam bidang fisika teori dari Universitas Hiroshima, Jepang, pada tahun 1995 dan memperoleh gelar PhD dua tahun kemudian dari universitas yang sama.
Laksana memulai karirnya pada tahun 1987 sebagai peneliti di Pusat Penelitian Fisika LIPI dan menjadi kepala fisika teori dan komputasi di pusat tersebut antara tahun 2002 dan 2012.
Ia kemudian mengepalai pusat penelitian ilmu komputer LIPI selama dua tahun sebelum diangkat sebagai Deputi Bidang Ilmu Teknik LIPI. Pada 2018, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir, menunjuk Laksana sebagai ketua Institut Sains.
“Ninja twitter bersertifikat. Ahli internet. Penggemar budaya pop hardcore. Baconaholic.”
You may also like
-
Aturan matematika ditemukan di balik distribusi neuron di otak kita
-
Para ilmuwan menemukan penjelasan untuk lubang gravitasi raksasa di Samudra Hindia
-
Peta baru yang akurat dari semua materi di alam semesta dirilis
-
Para ilmuwan mengatakan sepasang bintang yang sangat langka berperilaku sangat ‘aneh’
-
Lima Angsa Tewas Setelah Terbang Ke Saluran Listrik Hinkley | Berita Inggris