Artinya keterlibatan politik dibangun dan termasuk dalam legalitas. Tidak hanya itu, dari segi implementasi di lapangan, menurut saya juga sudah banyak gerakan yang dilakukan oleh masyarakat
Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Indonesia sangat terlibat dalam penanggulangan bencana, kata Raditya Jati, Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
“Indonesia telah menjadi benchmark bagi negara lain, Indonesia memiliki komitmen yang kuat,” ujarnya pada Webinar Journal Club #6 tentang “Mengikuti Amanat SFDRR Post HFA untuk Indonesia Tangguh,” yang pantauan online di Jakarta, Rabu lalu.
Komitmen itu berkaitan dengan poin kelima Hyogo Framework for Action (HFA) 2012, yang menyatakan bahwa komitmen politik harus dilaksanakan di semua tingkatan melalui peningkatan kesadaran, pendidikan, akses publik terhadap informasi dan peningkatan manajemen, kata Jati.
Selain itu, Indonesia telah menunjukkan komitmennya dengan menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2020 tentang Rencana Induk Penanggulangan Bencana sebagai bagian dari pencapaian Indonesia yang tangguh baik dalam bencana maupun perubahan iklim, tambahnya.
Berita Selanjutnya: BMKG Peringatkan Potensi Bencana Hidrometeorologi
“Artinya keterlibatan politik dibangun dan masuk dalam legalitas. Tidak hanya itu, menurut saya dari segi implementasi di lapangan juga banyak gerakan yang sudah dilakukan masyarakat,” kata Jati.
Komitmen lainnya adalah adanya alat ukur indeks risiko, yang dimasukkan dan digunakan sebagai acuan bagi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk mengukur kemampuan penanggulangan bencana Indonesia, serta indikator kapasitas pemerintah daerah, tambahnya.
Selain itu, Jati mencatat bahwa modal sosial menjadi penting sebagai kekuatan yang masih dimiliki oleh masyarakat Indonesia.
Berita terkait: BNPB bermitra dengan universitas dalam penelitian dan manajemen bencana
Indonesia selalu berperan aktif dalam konferensi bencana UNISDR/UNDRR sejak 2009, katanya. Ia juga berperan aktif dalam merumuskan Sendai Framework for Disaster Risk Reduction (SFDRR), mendorong negara-negara kepulauan menjadi entitas khusus untuk dipertimbangkan ketika merumuskan strategi global untuk pengurangan risiko bencana, tambahnya.
Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015-2030 merupakan acuan kerja bagi kegiatan pengurangan risiko bencana yang disepakati oleh 187 negara.
Kerangka kerja ini dipresentasikan pada 8 Maret 2015 pada Konferensi Dunia Ketiga Perserikatan Bangsa-Bangsa di Sendai, Jepang. SFDRR merupakan kelanjutan dari Hyogo Framework for Action (HFA).
Berita terkait: ADB mengangkat Jiro Tominaga sebagai direktur baru untuk Indonesia
Berita terkait: Indonesia akan menerima 331 juta vaksin dari Agustus hingga Desember: Presiden
Komunikator. Pencandu web lepas. Perintis zombie yang tak tersembuhkan. Pencipta pemenang penghargaan
You may also like
-
Taman kanak-kanak di Indonesia yang terkena gempa dibuka kembali dengan bantuan dari Taiwan
-
Tingkat pengangguran di Indonesia menunjukkan kegagalan UU Cipta Kerja, kata KSPI
-
Saat Indonesia berjuang untuk mendorong melalui hukum pidana baru yang ketat, Senator Markey memimpin rekan-rekannya dalam mendesak Presiden Widodo untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia dan melindungi kebebasan fundamental.
-
Video menunjukkan pengungsi Afghanistan memprotes, bukan “pekerja China” di Indonesia
-
Indonesia Masih Mengingkari Kebebasan Beragama Kepada Minoritas Agama – Akademisi