Tidak mungkin Indonesia bisa menjadi pusat global produsen halal tanpa bantuan teknologi. Saya jamin jika kita hanya mengambil pendekatan tradisional, kita tidak akan sampai di sana karena teknologi membuat pergerakannya masif, lebih cepat, lebih efisien, dan lebih efisien
Jakarta (ANTARA) – Lutfi Adhiansyah, CEO Ammana Fintek Syariah, meyakini teknologi keuangan berbasis syariah (fintech) akan menjadikan Indonesia hub global bagi produsen halal pada 2024, sejalan dengan visi dan misi Panitia Nasional. Bergabunglah dengan bisnis dan keuangan Syariah.
“Indonesia tidak bisa menjadi hub global bagi produsen halal tanpa bantuan teknologi. Saya jamin jika kita hanya mengambil pendekatan tradisional kita tidak akan mencapainya karena teknologi membuat pergerakannya masif, lebih cepat, lebih efisien dan lebih transparan. ” ucapnya saat berdiskusi dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWHI) jelang Hari Pers Nasional 2021, Rabu.
“Inilah mengapa fintech dibutuhkan sebagai pendekatan pelengkap untuk kebangkitan ekonomi syariah,” katanya.
Fintech sesuai syariah juga sangat penting untuk pertumbuhan karena demografi Islam di Indonesia. Hampir 87 persen dari 267 juta penduduk Indonesia adalah Muslim.
“Hampir 175 juta dari 267 juta penduduk Indonesia menggunakan internet dan 88 persen pengguna internet terbiasa membeli produk secara online,” katanya.
Adhiansyah menemukan bahwa 74 juta penduduk kelas menengah di Indonesia tidak menggunakan layanan pendanaan, sehingga menciptakan kesenjangan pendanaan.
Kesenjangan pendanaan perlu diisi oleh lembaga lain: bank, perusahaan multifinance, bank perkreditan rakyat dan koperasi.
“Karena itulah dibutuhkan fintech syariah,” tegasnya.
Adhiansyah menegaskan rencana merger tiga bank umum syariah – Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank BRI Syariah (BRIS) dan Bank BNI Syariah (BNIS) – menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI) merupakan kabar positif bagi Fintech Syariah.
“Dengan merger bank syariah, infrastruktur bank syariah juga bisa dimanfaatkan untuk fintech syariah,” tandasnya.
Fakta bahwa Indonesia adalah negara terbesar di Asia Tenggara dengan jumlah pengguna ecommerce terbesar juga akan mendorong pertumbuhan fintech syariah, tegasnya.
“E-commerce adalah tempat berkumpulnya orang-orang yang sudah mulai mengadopsi teknologi untuk belanja online,” ujarnya.
Jumlah perusahaan fintech di Indonesia meningkat dari 34 pada 2017 menjadi 88 pada 2018 dan selanjutnya meningkat menjadi 160 pada 2019.
Pinjaman yang disalurkan melalui peer-to-peer lending platform (P2P) juga meningkat dari 2,5 triliun rupee pada 2017 menjadi 73 triliun rupee pada 2020.
DIEDIT OLEH INE
You may also like
-
Badan legislatif AS menyebutkan tiga cara untuk mengatasi masalah antitrust Apple, Google, Facebook dan Amazon
-
Perusahaan Indonesia PAYFAZZ menginvestasikan USD 30 juta di SG Peer Xfers, menurut Fazz Financial Group
-
Pasukan keamanan Indonesia membunuh 2 tersangka militan
-
Nunuk Nuraini, wanita di balik cita rasa ikonik Indomie, meninggal di usia 59 tahun
-
UPDATE 1 – Otoritas Perbankan Indonesia mengatakan Shopee mengambil alih bank BKE dari Sea Group