BI Desak Ketahanan Ekonomi Kuat Berdampingan dengan COVID-19

Untuk negara berkembang, kita perlu pulih, menjadi lebih kuat dan lebih tangguh dan melakukan berbagai reformasi karena kita masih memperkuat vaksinasi dan stimulus kita tidak sebesar di negara maju.

Jakarta (ANTARA) – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menggarisbawahi pentingnya ketahanan ekonomi yang kuat di Indonesia guna menghadapi pandemi COVID-19 di masa mendatang.

“Ini salah satu tantangan yang kita hadapi saat ini,” kata Warjiyo, Kamis, pada konferensi ke-15 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Internasional di sini.

Gubernur BI melihat ketahanan sangat penting bagi suatu negara untuk melawan pandemi COVID-19 dan menghadapinya pada saat yang bersamaan.

Dia menekankan bahwa pemulihan ekonomi setiap negara berbeda karena tergantung pada kecepatannya dalam hal vaksinasi, stimulus fiskal dan moneter, serta kondisi global.

“Negara yang bisa memvaksinasi (populasinya) dengan cepat dan sekaligus memiliki insentif yang besar akan tumbuh pesat,” tegas Warjiyo.

Dia menunjukkan bahwa China dan Amerika Serikat adalah negara yang segera pulih dari pandemi karena masuknya insentif yang signifikan.

Ekonomi China akan tumbuh 8,4 persen pada 2021 dan 5,5 persen pada 2022, sementara Amerika Serikat diperkirakan tumbuh 6,8 persen tahun ini dan 3,4 persen tahun depan, tambahnya.

“Untuk negara berkembang, kita perlu pulih, lebih kuat dan lebih tangguh serta melakukan berbagai reformasi karena kita masih memperkuat vaksinasi dan stimulus kita tidak sebesar di negara maju,” katanya.

Berita terkait: Bappenas uraikan empat strategi membangun ketahanan ekonomi

Selain ketahanan, Warjiyo juga memberi Indonesia pentingnya digitalisasi jika harus hidup berdampingan dengan pandemi karena mobilitas masyarakat saat ini terbatas.

Selain itu, Indonesia perlu fokus pada inklusi keuangan dan ekonomi hijau yang berkelanjutan agar dapat hidup berdampingan dengan COVID-19 di masa depan, katanya.

READ  Indonesia berencana menetapkan target dana aset $ 100 miliar

Pemerintah Indonesia dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebelumnya telah sepakat untuk menaikkan batas bawah target pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2022 dari lima persen menjadi 5,2 persen, menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Selain itu, pemerintah akan terus mendorong kegiatan ekonomi melalui berbagai program perlindungan sosial bagi pekerja dan insentif bagi sektor korporasi, tegasnya.

Upaya tersebut diharapkan dapat mendorong konsumsi swasta yang menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi, ujarnya.
Berita terkait: Menteri Kesehatan mengungkapkan strategi untuk hidup berdampingan dengan coronavirus
Berita terkait: Kemenkes fokus pengendalian penularan COVID 2022

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *