Risiko yang ditimbulkan oleh bahaya alam dan perubahan iklim meningkat di seluruh dunia, dengan dampak negatif pada kesejahteraan masyarakat. Penanganan risiko ini menjadi semakin kompleks dan membutuhkan tindakan lintas sektoral. Adaptive Social Protection (ASP) telah muncul sebagai pendekatan yang menjanjikan untuk membangun ketahanan masyarakat melalui integrasi Perlindungan Sosial (SP), Manajemen Risiko Bencana (DRM), dan Adaptasi Perubahan Iklim (CCA). Untuk menginformasikan integrasi ini dan dengan demikian mendukung pengembangan pendekatan ASP yang berfungsi, mengidentifikasi dan menyediakan data dan informasi yang relevan sangat penting. Dalam konteks ini, penilaian risiko sangat penting karena menjadi dasar untuk merancang intervensi ASF yang efektif. Namun, terlepas dari pentingnya informasi risiko untuk ASF dan banyaknya penilaian sektoral, masih belum ada pendekatan penilaian risiko yang komprehensif, sebuah kenyataan yang juga berlaku di Indonesia. Meskipun negara ini adalah salah satu pelopor internasional dari konsep tersebut dan telah mengarusutamakan ASF dalam rencana pembangunannya di tingkat nasional tertinggi, penekanan dalam kebijakan dan praktik ini terhambat oleh kurangnya metode penilaian yang lebih konsisten. Hazard, Exposure and Vulnerability Assessment (HEVA) yang disajikan di sini menggunakan pendekatan unik untuk mengembangkan penilaian risiko lintas sektoral dan menerapkannya di seluruh Indonesia.
HEVA menyatukan pemahaman yang berbeda tentang risiko dari pemangku kepentingan utama baik secara internasional maupun nasional dalam SP, DRM dan CCA dan mengidentifikasi kesamaan antar sektor untuk menciptakan pemahaman bersama. Selain mempertimbangkan risiko sebagai hasil keseluruhan, HEVA juga berfokus pada pemicunya, yaitu bahaya, keterpaparan, dan kerentanan, untuk menentukan mengapa komunitas tertentu berisiko dan dengan demikian menyesuaikan intervensi ASF. Selanjutnya, risiko untuk wilayah dan provinsi di Indonesia dievaluasi berdasarkan pemahaman risiko lintas sektor ini. Data sekunder diperoleh dari berbagai penilaian sektoral yang ada yang dilakukan di Indonesia dan total data untuk 44 indikator dikumpulkan untuk menghitung tingkat bahaya, keterpaparan dan kerentanan untuk 34 provinsi di Indonesia. Hasil HEVA menunjukkan bahwa keseluruhan risiko di Indonesia tinggi dan tidak ada satu provinsi pun yang dapat dicirikan sebagai daerah berisiko rendah, yang menunjukkan relevansi yang kuat untuk ASF di seluruh negeri.
Komunikator. Pencandu web lepas. Perintis zombie yang tak tersembuhkan. Pencipta pemenang penghargaan
You may also like
-
Taman kanak-kanak di Indonesia yang terkena gempa dibuka kembali dengan bantuan dari Taiwan
-
Tingkat pengangguran di Indonesia menunjukkan kegagalan UU Cipta Kerja, kata KSPI
-
Saat Indonesia berjuang untuk mendorong melalui hukum pidana baru yang ketat, Senator Markey memimpin rekan-rekannya dalam mendesak Presiden Widodo untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia dan melindungi kebebasan fundamental.
-
Video menunjukkan pengungsi Afghanistan memprotes, bukan “pekerja China” di Indonesia
-
Indonesia Masih Mengingkari Kebebasan Beragama Kepada Minoritas Agama – Akademisi